Oleh: MT. Mudjaki
Percaturan politik dalam
Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah (Pilkada Jateng) sangat menarik, luas dan
memiliki akses yang tinggi. Apalagi kita ketahui daerah Jateng merupakan daerah
yang memiliki karakteristik ‘Alir air tenang dan damai, namun bikin
kejut gerakannya’.
Dilihat dari analisis politik lebih dalam soal hal tersebut, titiknya terletak
bagaimana performen dari calon kandidat; figur yang akan diusung plus power team king maker pengusung (parpol).
Apalagi kita ketahui, jejak incumbent Ganjar Pranowo, manakala
diusung dan pada akhirnya jadi, juga tidak lepas dari hal tersebut. Demikian pula
pada pilkada sebelumnya, seperti Bibit Waluyo.
Dari hal tersebut, manakala ada power gerakan pengusung calon kandidat
baru, seperti Sudirman Said, maka konstelasi paragdima papan percaturan politik
pilkada Jateng akan menjadi sebuah pertarungan yang sangat menarik dan berimbang.
Tetapi dapat juga sebagai pendobrak rating pilihan yang diunggulkan, bahkan juga
sebagai penentu.
Oleh karena itu, ditilik dari peraturan KPU 09/2016 soal tentang
Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, menyebutkan bahwa parpol yang ingin
mengusung calon sendiri adalah harus memiliki jumlah perolehan kursi di DPRD di
daerah pilkada sebanyak 20 persen.
Sementara itu
diketahui, jumlah total kursi DPRD Jateng berjumlah sebanyak 100 kursi, sehingga
parpol harus memiliki minimal 20 kursi agar bisa mengusung calon sendiri di
pilgub. Adapun jumlah kursi di DPRD Jateng yaitu;
-
Fraksi PDIP: 31 (PDIP: 27 dan Nadem: 4)
-
Fraksi PKB: 13
-
Fraksi Gerindra: 11
-
Fraksi PKS: 10
-
Fraksi Golkar: 10
-
Fraksi Demokrat: 9
-
Fraksi PAN: 8
-
Dan Fraksi PPP: 8
Secara matematika
perhitungannya, ketika Sudirman Said diusulkan sebagai calon gubernur oleh power gerakan team king maker,
seperti Gerindra, PKS dan PAN, maka akan terhitung jumlah kursi 29. Dan ini
sudah merupakan sebagi modal awal utamanya. Apalagi diketahui, dari ketiga power
gerakan team king maker saat ini tengah terus melakukan dan membangun lobi-lobi
dan strata politik untuk semakin mendapatkan dukungan; simpati maupun empati yang
lebih. Dan, dari hal tersebut semakin terlihat; tumbuh dan berkembang
kekuatannya. Sebab bagaimanapun, kandidat Sudirman Said merupakan figure yang
punya trek record yang bagus, baik dan punya nilai jual prospek politik kuat
dan tinggi. Meskipun incumbent Ganjar
Pranowo pun juga masih punya dan memilki kekuatan sebagai figure yang kuat, tangguh
dan telah berpengalaman (Jejak Gubernur satu periode).
Adapun untuk konstelasi papan percaturan politik pilkada
Jateng, saya mensinyalir dan memprediksikan (sample analisis) tidak ubahnya
seperti Pilkgub DKI (skala makro) dan Pilbup Semarang (Mikro). Dan peluangnya,
tentunya dapat diketahui; siapa pada akhirnya sebagai pemenangnya.
.Doc: MTM/pede21/Media Online Network Jateng (Sekepil Arsip
Artikelku, 21/12/2017).