Oleh: MT. Mudjaki
Tantangan utama dalam
menghadapi persoalan dan permasalahan keluarga bagi perkembangan anak-anak di
era digital yang serba bebas, materialistic, hedonistic dan cenderung bebas
terbukanya konten pornografi, aksi kekerasan; bullying, pelecehan seksual dan
tawuran adalah terjadi adanya tingkat rendahnya akses moral pendidikan, serta menurunnya
peran komunikasi keluarga, konflik social, kemiskinan dan KDRT.
Ditambah, peran
institusi atau lembaga Negara yang kurang cepat responsive dan resperentif atas
hal-hal tersebut.
Oleh karena itu diperlukan pencegahan dan penanggulangan secara
dini, sinergi, dan konsisten, yakni dengan mengembangkan pembinaan pendidikan
karakter taqwa dan mewujudkan situasi kondusif, aman, sejahtera dan damai. Hal
ini, tentunya akan menumbuhkan lahan subur yang dapat menghasilkan benih-benih
generasi bangsa berkarakter moral baik, tangguh, beriman dan bermasa depan.
Sementara untuk awal terciptanya dalam mengembangkan
pembinaan pendidikan karakter taqwa pada diri anak-anak, yakni dimulai dari
keluarga. Dan sebagai pemicu penerapannya adalah kembali pada diri orang tuanya,
yakni untuk dapat memberikan contoh, menerapkan keteladanan. Baik keteladanan
berkomunikasi, beribadah, berinteraksi terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Sebab bagaimanapun, keluarga; orang tuanya merupakan pondasi utama
dan sekaligus cermin sebuah bentuk pembelajaran atas nilai-nilai pokok dari
identitas kehidupan dan kepribadian itu sendiri. Hal ini akan menjadi penguatan
sebagai basis ‘Keluarga Sakinah’.
Lantas apa yang
dimaksud dengan “Karakter Taqwa” itu?
Karakter taqwa adalah suatu pribadi manusia (muslim-muslimah,
red) yang memiliki potensi kemanusiaanya tumbuh dan berkembang secara optimal,
baik secara tauhidiyyah, jasadiyyah, aqliyyah, ‘ubudiyyah dan khalifiyyah.
Sehingga dari hal tersebut akan menjadi diri pribadi setiap muslim-muslimah menjadi
karakter yang utuh (kaffah).
Seperti yang termaktup dalam Q.S. Al Hujurat (49):13, yakni;
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu”.
Dan diperkuat juga ada pada Q.S An Nisa (4):1, At Tahrim
(66):6, Al Baqarah (2):183, Al Imran (3):76, 102, 133-134, An Nahl (16):125-128
dan Al Araf (7):26, 128 dan 156.
Adapun dari ayat-ayat tersebut diatas merupakan inti sari petunjuk
sebuah perintah untuk bertaqwa kepada Allah SWT dan sekaligus peringatan
(warning) dengan diperkuat aspek ke-iman-an, meliputi akidah, akhlak, ibadah
dan mu’amalah duniawiyyah.
Sementara sebagai penguatan aspek-aspeknya diperjelas dalam Q.S
Al Baqarah (2):177, yakni:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat itu suatu
kebaktian, tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan), orang-orang meminta dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, orang yang menepati janjinya
apabila berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa”.
.Doc.Arsip Artikel: MTM/Sumber Kesenergian Kajian
Islam Muhammadiyah