Sebagai seorang sahabat yang telah lama berkecimpung pada
dunia jurnalis, rasanya kurang terasa hidup dan bermakna, apabila belum
memberikan sesuatu hal yang berkesan bagi diri seorang yang sudah saya anggap sebagai
saudara, yakni MT. Mudjaki.
Adapun sesuatu hal terkesan yang akan saya berikan kepadanya
adalah sebuah tulisan yang mengurai tentang lukisan karya miliknya, yakni “Air
Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun”.
Sebab, manakala disaat beberapa kali saya bertandang
kerumahnya, ada sesuatu keanehan yang membuat diri saya sangat tertarik, kagum
dan bahkan penasaran, apa yang terkandung ada dalam nilai-nilai makna dibalik
lukisan karyanya tersebut. Apalagi lukisan itu banyak mendapatkan sorotan;
pembicaraan dikalangan sahabat-sahabatnya, baik itu dari pengamat, pegiat dan
pecinta seni. Dengan adanya hal itu, membuat diri saya terpicu ingin mengurai
lukisan karyanya tersebut, dan menjadikan sebuah bentuk tulisan yang akan saya
persembahkan kepadanya.
.Hasil Ulasan Pendalaman Nilai Arti Makna
Sebuah Karya Yang Terkesan.
Dalam hasil pengalian dari beberapa pengamatan, informasi dan ulasan
yang telah saya dapatkan guna memperkuat penulisan pada karyanya tersebut,
menunjukan bahwa realitanya dalam menuangkan sebuah karya nyata pada dunia seni
lukis adalah keindahan dan kedamaian. Adapun dalam wujud suatu keindahan dan
kedamaian itu adalah karakteristik akar kekuatan nilai seni itu sendiri. Sebab
hal ini merupakan bagian dari energy eksistensi dan indentisitas diri seorang
seniman yang punya rasa cinta terhadap suatu proses kreasi dalam mengangkat
sebuah tema, gagasan/ide, goresan penuangan maupun corak warna.
Oleh karena itu, karya
“Air Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun”milik
MT. Mudjaki telah mewakili akan hal tersebut. Bahkan, cenderung memiliki sebuah
pendalaman nilai makna spirit dan motivasi.
Lukisan “Air
Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun” karya MT. Mudjaki, adalah
sebuah lukisan yang mengambarkan wajah sosok seorang perempuan berjilbab yang
sedang terurai kebeningan air mata, bersanding dengan kitab suci Al Quran. Dan
sepertinya mengisyaratkan suatu nilai arti makna sebuah penuangan pada perasaan
yang dirasakan atas persoalan, fenomena keadaan maupun impian yang belum
terwujudkan.
Oleh karena dari hal tersebut, menurut MT. Mudjaki dalam
uraiannya yang lebih luas dan mendalam mengatakan, bahwa wajah sosok perempuan
berjilbab itu merupakan sosok seorang guru ngaji yang telah lama berjuang dari sekian
puluhan tahun tanpa lelah, baik suka maupun duka dalam memberi pembelajaran dan
pendidikan baca tulis Al Quran bagi anak-anak muslim-muslimah bangsa ini.
Meskipun dari perjuangannya tersebut, tantangan, persoalan dan ujian senantiasa
menghadang dan menghalanginya. Tetapi semua itu dilakukannya dengan penuh kesabaran,
keikhlasan dan ketawadhuan. Hingga pada titik klimaknya, manakala dari
tantangan, persoalan dan ujian tersebut sudah tidak dapat dibendungnya. Maka dirinya
hanya berserah pasrah pada Allah sang Khaliqnya, dalam keheningan dan
kebeningan tangis urai air mata yang tersirat pada cermin “Alif, Lam, Mim dan
Nun”.
Sementara ketika saya menanyakan soal siapa diri wajah sosok
perempuan yang dilukisnya tersebut. MT. Mudjaki tidak mau menyebutkan namanya,
namun hanya mengatakan, bahwa wajah sosok perempuan itu biarlah menjadi sebuah
misteri bagi alam pikiran maupun catatan tersendiri didalam hati. Entah itu
wajah sosok istriku ataukah orang lain. Namun yang terpenting dan perlu digaris
bawahi, yaitu:
Atas apa yang telah teraktualisasikan dan terapresiasikan mengenai
wajah sosok seorang perempuan guru ngaji yang terdapat pada lukisan itu adalah nyata
dan ada disekitar kita. Dan ini merupakan bentuk bagian dari kandungan sebuah
cermin, filosofi dan kritikan bagi diri kita untuk lebih peka, peduli dan mau beramal;
menyisihkan sebagian rejeki kita terhadap sosok seorang perempuan tersebut.
Sebab bagaimanapun dan kita tahu, profesi sebagai seorang guru
ngaji merupakan sebuah profesi yang tidak dapat diukur nilainya hanya sebatas
kecenderungan akan materi. Tetapi lebih pada sebuah nilai-nilai tuntunan, kewajiban,
serta energi perjuangan hidup dalam mengamalkan ilmunya yang sangat luar biasa,
positif, teduh dan bermanfaat bagi anak-anak kita. Hingga menjadikan anak-anak
kita tumbuh berkembang menjadi generasi muslim-muslimah
yang berkepribadian shaleh, beriman, bertaqwa dan bisa baca tulis kitab suci Al
Quran.
Disamping itu juga, sebagai pondasi pilar pertahanan
terhadap akses dampak dari sebuah jaman modern yang serba digital, canggih dan
sarat transformasi penuh dengan keriskanan dan penyimpangan etika moralitas.
.Kesimpulan Akhir.
Dari hasil uraian dan penjelasannya tersebut, tidak salah
bila lukisan karyanya itu banyak mengisyaratkan sebuah pendalaman nilai arti
makna yang bermuatan kesan mengagumkan. Meskipun dituangkan hanya sebatas
goresan warna hitam putih pada sesosok wujud “Air Mata Perempuan Dalam
Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun”.
.Doc. Arsip Artikel/e-mail@sahabat/lind.Pede21.