Konstelasi pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2019, baik pada
masa jelang hingga dititik akhir penentuan; capres-cawapres, maka dari hasil
pengamatan, kajian dan analisa diri pribadi bersifat independen, kafabel dan
kredibel dengan menarik garis perbandingan dari berbagai sumber antara lain:
Statistik perkembangan kondisi ekonomi, hukum, politik, media masa;
online/medsos serta lembaga survai. Hal ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Dari hasil prosentase yang berkembang ditengah-tengah
‘Demensi Kekuatan Pemilih’ (DKP) sebelum pasca penentuan pasangan capres-cawapres
menunjukan adanya empat (4) opsi tagar(#), yakni: #Tetap Jokowi sekitar
-+32,5%, #Tetap Prabowo -+27%, #Ganti presiden -+38,5% dan #Tidak
menjawab/tidak tahu -+2%.
Namun dari hal tersebut, manakala gerakan dan gencaran
transformasi DKP yang begitu kuat dan menginginkan adanya sebuah perubahan atas
keadaan, maka pilihan untuk #Tetap Jokowi berubah menjadi sekitar -+43,5%,
#Tetap Prabowo -+46,5%, #Ganti presiden -+7,5% dan #Tidak menjawab/tidak tahu
-+2,5%.
lalu kemanakah suara saluran #Ganti presiden beralih hingga
terjadi penurunan angka prosentasenya?
Adapun yang lebih menariknya lagi, skema angka prosentase elekstabilitas
suara semakin terjadi perubahan begitu menyolok setelah hasil dari undian keputusan
KPU menetapkan bagi kedua belah pihak pasangan capres-cawapres antara Joko
Widodo-Ma’ruf Amin (JokMa) dan pasangan No.urut 02, yaitu Prabowo Subianto-Shalahudin
Uno (PaS), yakni terhitung pada awal 0-12 hari proses masa sosialisasi;
dukungan ditengah-tengah masyarakat, baik melalui pesan berantai WA, baliho, spanduk,
medsos dan bahkan secara terbuka di forum-forum lembaga tingkat organisasi
masyarakat maupun agama menunjukan, bahwa untuk pasangan capres-cawapres No.1 (JokMa)
suara terpatok sekitar -+52,5%. Sedangkan capres-cawapres No.2 (PaS) hanya
kisaran -+36,5%, dan sisanya -+11,5% (respon Golput+Margin error/belum
menentukan pilihan).
Tetapi seiring berjalannya waktu dua Minggu setelah itu, angka
prosentase pasangan capres-cawapres No.1 tersebut mengalami penurunan cukup dratis,
yakni -+43,5%, dikalahkan pasangan capres-cawapres No.2 dengan prosentase
-+48,5%. Hal ini disebabkan adanya nilai tingkat kepercayaan hasil debat, serta
atas kuatnya dukungan respon positif masyarakat #ganti presiden/menginginkan
sebuah perubahan. Dari sinilah dapat kita ketahui bahwa saluran suara #Ganti
presiden diberikan pada pasangan presiden No.2. Sementara untuk sisanya -+8%
(suara golput+margin error/belum menentukan pilihan).
Selanjutnya untuk skema jelang H-2 Pilpres 17 April 2019 hingga
akhir pilihan nantinya, perkembangan angka prosentase hasil perolehan suara
kedua pasangan capres-cawapres diprediksikan sekitar -+43% untuk pasangan
capres-cawapres No.1. Sedangkan untuk pasangan capres-cawapres No.2 memperoleh suara
sekitar -+47,5%, dan sisanya -+9,2% (suara golput+margin error/belum menentukan
pilihan).
Jika dari hasil posentase tersebut diatas terjadi dan terbukti,
maka suara DKP #Ganti presiden merupakan suara penentu bagi pasangan
capres-cawapres No.2. Dan hal ini tentunya dapat dijadikan sebuah barometer penilaian,
serta catatan tersendiri, khususnya bagi pasangan capres-cawapres No.1 (JokMa).
.Doc.Arsip Aktualisasi&Apresiasiku:‘Ruang
Suara Bening’ (MTM,230119)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar