Pledokan - Tempat-tempat obyek wisata, baik
bersifat local maupun nasional, entah itu sudah menjadi bagian dari aset
pariwisata ataupun belum dikenal sama sekali, kebanyakan terkait dengan hal-hal
yang bersifat cerita legenda maupun mistis. Oleh karena itu, saya ingin
mengangkat salahsatu obyek sumber daya alam (SDA) yang masih alami, perawan dan
asli. Dan dari hal tersebut dapat dijadikan referensi tersendiri kedalam bagian
aset pariwisata, minimal denitasi pariwisata daerah setempat. Adapun obyek SDA
itu adalah Gua Macam Watu Kelir yang ada di Dusun Ngaglik, Desa Pledokan,
Kec.Sumowono-Kabupaten Semarang.
Untuk
mendapatkan informasi adanya keberadaan gua macan Watu Kelir, saya langsung
melakukan penelusuran ketempat tersebut.
Dan
penelusuran itu, saya dipandu langsung oleh Kepala Desa Pledokan, Turja’un,
Sekdes, Arifin, Babinsa, Serka Jaenuddin, Kaur Desa, Linmas serta tiga masyarakat setempat, Minggu (01/05/2016).
Sementara
untuk daya tempuh penelusurannya ketempat gua memakan waktu -+3 jam, dan itupun
dilalui dengan jalan kaki, menelusuri sungai, dan tebing-tebing berbukit dengan
suasana sekeliling lingkupnya masih rapat penuh semak belukar, bambu-bambu,
pohon kopi dan pohon-pohon hutan. Setelah sampai ketempat tersebut, saya
beserta Team Desa yang dikoordinir langsung oleh Kades setempat melakukan pengamatan,
pemotretan, dan sekaligus pendataan. Hal ini guna dijadikan bahan aset
administrasi bagian wisata desa, kedalam bagian pengajuan ke istitusi lembaga
dinas pariwisata kabupaten.
Jelang
sekitar pukul 14.30 WIB saya beserta team desa turun dan meninggalkan tempat
tersebut.
Selanjutnya,
ke esok harinya, Senin (02/05) saya kembali melanjutkan untuk bertemu tokoh
masyarakat yang dapat menceritakan asal-usul keberadaan gua macan Watu kelir.
Dan atas arahan dan petunjuk Kades pada akhirnya saya dipertemukan dengan tokoh
mayarakat tersebut, yakni Bapak Kardi (65), warga Dusun Ngaglik, Desa Pledokan.
Dalam pertemuan
itu, kemudian saya mulai membicarakan tentang asal-usul keberadaan gua macan
Watu kelir.
Menurut pak
Kardi menuturkan, pada dasarnya gua macan itu merupakan bagian sejarah yang ada
kaitannya dengan alur garis legenda candi Gedong Songgo. Sebab hal itu ditilik
dari letak geografik keberadaannya maupun tektur dari alamnya, yakni dinding bebatuannya
sama persis dengan yang ada di Gedong Songo. Disamping itu juga nama daerah
lembah atau pegunungan terkait nama dari cerita pewayangan atau dinasti kaluhuran
leluhur. Seperti Gumuk Sapu angin (terkait Prabu Baladewa), Sukorini (Begawan
Wibisana), Watu Keprak (Semar), Selo Janoko (Prabu Arjuna) dan Gumuk Muntuk
Tali (Prabu Kresna).
“Jadi menurut
leluhur kami menceritakan, gua macan Watu Kelir itu ada kaitannya dengan legenda
candi Gedong Songo. Karena alur ceritanya ada pada jejak-jejak yoninya di candi
tersebut. Serta dinding tektur batunya sama persis. Apalagi gua tersebut
merupakan dulunya sebagai tempat peristirahatan macan atau harimau, titisan Begawan
Wibisana. Makanya masyarakat sisi tidak heran dan banyak yang mengatakan, kalau
yang pernah melihat macan atau harimau ditempat tersebut merupakan tempat petilasan macan
titisannya Begawan Wibisana,” terangnya.
Dilhat
dari bentuk dan tektur keberadaannya, gua macan Watu kelir tersebut sangat
unik. Dimana mulut dan kedalaman guanya berbentuk segitiga meruncing, seperti
pintu piramida, dengan lebar -+10-12 Meter, tinggi -+7M. Sedangkan kedalamannya
-+6-8M.
Disamping itu,
ketinggian tengahnya dapat langsung tebus dan menerobos cahaya langit maupun
matahari. Serta didepan guanya terdapat aliran sungai yang bersih dan jenih. Adapun
disampingnya terdapat dinding tebing batu, yang sebutannya dengan nama Watu
Kelir.
Sementara
saat saya menanyakan terkait hal-hal kegitan ritual ditempat itu, Pak Kardi
mengatakan, biasanya untuk kegiatan ritual itu dilakukan oleh orang luar daerah
sini, yakni dari Yogya, Karanganyar, dan Solo. Dan ritual tersebut, mereka
melakukan sesajian, bertapa atau semedi.
“Ritual gua macan Watu Kelir itu kebanyakan yang
melakukan dari luar daerah sini, yakni orang-orang dari Yogya, Karanganyar dan
Solo. Dan mereka, katanya ingin mencari keslamatan, keberkahan, dan kemulyaan/pesugihan. Baik itu untuk keharmonisan kehidupan
rumah tangga, kelancaran ekonomi, maupun pangkat dan jabatan,” tuturnya
tersenyum.
.Doc: MTM/GD/Media
Network Jateng.