Oleh: MT Mudjaki
Sebentar lagi
rakyat bangsa Indonesia akan memasuki pesta demokrasi yang meruang sebuah
demensi pemilihan umum (Pemilu) Capres-Cawapres, Legeslatif (DPR/DPRD/DPD; Parlemen),
yang akan terselenggarakan pada tanggal 17 April 2019 nanti.
Dari pesta
demokrasi ini, tentunya dibutuhkan dan ditentukan peran penting partai politik
sebagai motor pengerak dan sekaligus tempat saluran aspirasi publik; pemilih. Yang
mana dari hal tersebut, diharapkan dapat lebih banyak memperjuangkan
kepentingan rakyat, bukan memperjuangkan kepentingan sendiri untuk jabatan atau
hanya sekedar kekuasaan.
Sementara guna
sebagai pemetaan demensi kekuatannya, apakah partai politik dapat mencetak dan menghasilkan kader-kadernya? baik itu muda
maupun tua yang berintegritas dan berkualitas ataupun tidak. Sebab ini
merupakan pondasi dan sekaligus kunci sebuah nilai kepercayaan bagi publik;
pemilih dalam memberikan dukungan maupun menyalurkan aspirasinya.
Perlu kita tahu,
bahwa Demensi Kekuatan Pemilih (DKP) adalah suatu komponen yang akan memberikan
sumbangan bagi dukungan hingga aspirasinya terhadap kandidat Capres-Cawapres, legislatif
partai maupun system kepartaian, baik material, moril maupun suara. Dan secara
psikologis dapat memperkuat elekstabilitas, dan juga mengidentitaskan sebuah
bentuk intermediasi politik. Namun dari hal ini, sebagai pertimbangannya dapat
dilihat dari aspek tolak ukur dukungan; loyalitasnya.
Lalu sejauh mana aspek tolak
ukur dukungan; loyalitasnya?
Adapun dari aspek
tolak ukur dukungan; loyalitasnya pada DKP tersebut biasanya terletak pada diri
kader; figur tokoh/pemimpin yang dijagokan
dan diusung oleh partai politik. Dari hal inilah yang akan menjadi lahan sebagi
ajang perebutan kepentingan dan kekuasaan.
Ditilik dari
perkembangan terselenggaranya pesta demokrasi sejak era Reformasi secara
langsung dan bebas memilih hingga saat ini, grafik tingkat DKP cenderung
melihat kader figur tokoh/pemimpin muda dibandingkan yang tua. Sebab kader
figur tokoh/pemimpin muda lebih agresif, idealis dan sesuai dengan tuntutan perkembangan
jaman. Serta juga sebagai bentuk ikatan emosional dan magnet rasional. Meski
pada titik hasil realitanya, kader figur tokoh/pemimpin tua masih mendominasi.
Sementara kecenderungan
aspek dukungan; loyalitas DKP ini akan semakin kuat, dominan dan sukses dapat
teraih. Pada dasarnya tidak lepas dari peran dan fungsi gerak motor partai.
Karena secara teknik, system dan srata (strategi taktik), gerak motor partai
itulah yang tahu dan yang menentukan siapa kader figur tokoh/pemimpin yang
memiliki integritas, berkualitas dan dapat menyakinkan ekspose publik.
Dengan hal
tersebut, menunjukan sebagai bagian dari wujud identitas diri politik dan juga
penghubung kendali massa, guna dalam meraup perolehan suara.
.Doc.Arsip:
MTM/’Reality&Independent’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar