Pasangan hidup dalam berumah tangga biasanya
menginginkan hidup bahagia, tentram dan harmonis. Namun seiring
perjalanan waktu biasanya ada riak ujian, yakni perselingkuhan, yang dapat
menyebabkan hubungan pasangan hidup itu menjadi retak, dan bahkan putus
ditengah jalan atau terjadi perceraian.
Dari hal tersebut, biasanya disebabkan adanya
faktor perselingkuhan yang sering bermula dari perasaan pasangan hidup itu sendiri,
yakni adanya merasa tidak bahagia, merasa diabaikan dan merasa direndahkan oleh
pasanganya.
Dan bagi pasangan hidup itu pada umumnya, wanita
hampir rata-rata melakukan perselingkuhan menjadi sebuah cara sebagai peralihan
sebelum mengakhiri pernikahan. Sedangkan bagi pria hanya menjadi strategi
alternatif. Masing-masing menginginkan sosok yang dapat dipandang, dikagumi
sebagai jalan dan pijakan yang dapat memberikan keinginan dan kepuasan, baik secara
spikologis; perasaan bathin maupun material; penghidupan materi. Sehingga dari
hal itu bagian jalan atau solusi yang dapat menyelesaikan permasalahannya yang
bisa menjadikan hidup rumah tangganya bahagia, tentram dan harmonis. Dan dari perselingkuhan ini, intinya menjadi cara pandang bagi
wanita maupun pria untuk mendapat perhatian yang mereka harapkan. Dan hampir
rata-rata sebagian besar pasangan itu ingin mengakhiri pernikahannya.
Sementara hasil penelitian menunjukkan, lebih
dari 75 persen pasangan hidup mengaku berselingkuh. Dan bagi pria biasanya bukan dengan wanita
yang lebih menarik secara fisik dibandingkan istrinya. Namun dikarenakan hilangnya
kedekatan emosional dengan istrinya. Demikian pula sebaliknya hal ini juga
terjadi pada diri wanita pasngan hidupnya, yakni si istri. Disamping itu juga, adanya kurang dihargai atau tidak ada
rasa syukur atas kerja kerasnya dalam bekerja dari masing-masing kedua belah
pihak atau salahsatunya.
Sedangkan dalam melakukan tindakan selingkuh, sekitar 40-50
persen wanita lebih ekspresif dibandingkan pria. Hal ini akibat, wanita merasa membutuhkan
hubungan intimasi emosional; kasih sayang lebih. Faktor
yang demikian, jika lama-kelamaan pasangan dapat menjadi kurang menghargai
keberadaan satu sama lain.
Adapun dari semua itu, penelitian menemukan faktor kunci
utama adalah terletak pada faktor keyakinan; iman dan faktor ekonomi. Sebab bagaimanapun,
tanpa dua faktor kunci utama itu, kebanyakan statistik prosentasenya dalam
perjalanan berumah tangga lebih kuat terjadi adanya perselingkuhan dan
perceraian.
Apalagi disaat ini, dimana kita dapat merasakan, melihat dan
tahu, bahwa hidup kita ini telah terkukung lingkar pada zaman serba modern yang
penuh bertabur hedonistic, egoistic dan materialistic.
Oleh karena itu, bagi pasangan hidup seharusnya dapat memperhatikan
hal tersebut dengan membangun kedekatan emosional secara continue dan komitmen.
Serta saling merawat nilai-nilai kebersamaan, menjaga kepercayaan dan
bertanggungjawab bagi kelangsungan hidup itu sendiri.
.Doc: MTM/Pede21-JMP/Media
Network Jateng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar