Oleh:
MT. Mudjaki
Membangun kedamaian beragama
dalam sebuah Negara yang terdiri dari suatu bermacam-macam perbedaan dan keragaman,
baik budaya, suku, etnis, ras, agama dan keyakinan/kepercayaan. Tentunya dapat
melihat hal tersebut dengan menempatkan suatu kesadaran nilai-nilai krarakteristik
kerakyatan yang berkeadilan, beradab, bermartabat dan berbudaya.
Perlu disadari, dalam
mewujudkan guna untuk menata, perbaikan dan membangun hal tersebut, kita dapat
belajar dari pengalaman/sejarah yang telah terlalui dan dialami bangsa ini.
Dimana, dari pengalaman/sejarah itu merupakan ‘kaca benggala’ untuk menjadi kesadaran diri yang tak akan
mengulangi kesalahan. Bahkan bila perlu mau dan dapat belajar dari bangsa lain.
Ada suatu hal yang dapat sebagai acuan/pijakan bagi kita, bahwa bangsa/negara
kita ini terlahir tidak hanya serta merta datang dan wujud turun dari langit.
Tapi merupakan hasil dari proses yang memerlukan perjuangan yang panjang dan
pengorbanan yang sangat besar. Untuk terus meciptakan dan mewujudkan kedamaian
dlm keragaman budaya, agama, adat istiadat maupun warna kulit/ras. Apalagi kita
ketahui, perjalanan bangsa kita ini telah mengalami beberapa tahapan bagian
perubahan, antara lain;
1. Tahap prakemerdekaan
2. Tahap kemerdekaan
3. Tahap orde lama
4. Tahap revolusi
5. Tahap orde baru
6. Tahap orde reformasi
Oleh karena itu, saya sebagai anak bangsa ingin memberi sekepil masukan, meski hanya dalam
kata-kata mutiara hasil olah pemikiran: ‘Realisme Untuk Reistrospeksi’. Adapun kata-kata
mutiara tersebut:
“Penerapan keindahan dan kedamaian wujud hidup
bertoleransi dalam kehidupan telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta,
tergambar ada pada pelanggi. Sebab disitulah cermin hakekat sesungguhnya.”
. MT. Mudjaki’ 95
“Jika dan Bila
perbedaan suatu ajaran agama sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok (golongan)
dan dengan meninggalkan sikap hidup bertoleransi (tidak saling menghormati).
Maka berpeluang akan menimbulkan persoalan, permasalahan, permusuhan dan sampai
pada titiknya akan terjadi kekacauan (peperangan) diantara kelompok-kelompok
(golongan) itu sendiri.”
. MT. Mudjaki’ 95
“Cermin sebuah tujuan, arti dan makna dalam kesucian,
kemurnian dan kemulyaan suatu ajaran agama akan mengalami kemrosotan, kerusakan
dan kehancuran. Sesungguhnya disebabkan, terletak pada perilaku umat manusianya
(beragama) itu sendiri.”
. MT.
Mudjaki’ 95
“Suatu perbedaan itu rahmat dan terwujud menjadikan
rahmatan lil alamin. ‘Jika dan Bila’ suatu hal tersebut ditempatkan dengan
berpegang tiga pilar, yaitu: keimanan, ketaqwaan dan kelembutan cinta kasih
sayang pada sesama.”
. MT. Mudjaki’ 96
.Doc:
MTM, 21/06/10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar