Ambarawa
-
Ditilik dari letak geografis dan dari data Pemkab. Semarang, pemandian
Sido Muncul, desa
Banyubiru, Ambarawa merupakan profil kawasan wisata rakyat yang banyak memiliki potensi dan destinasi
pada sektor pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari struktur pemandangan alam
yang indah, elok, subur dan natural (alami), terutama sumber alam kejernihan
airnya, hasil perikanan dan pertanian. Apalagi disekitar sepanjang bukitnya
dikelilingi pohon hutan dan bambu.
Menurut salahsatu
penduduk desa setempat, dan juga sebagai pengelola pemandian wisata rakyat tersebut,
Mustaqim saat
dikonfirmasi mengatakan, pada dasarnya Desa Banyubiru adalah sebuah desa yang elok, subur dan
sangat berpotensi. Baik alam hutannya, tanahnya maupun sumber airnya. Senin (02/01/17) Siang.
“Oleh
karena itu, saya bersama beberapa warga setempat punya gagasan, yakni memberdayakan
aliran sungai yang ada di desa ini menjadi tempat yang dapat menghasilkan nilai
bermanfaat. Maka dari itu, diwujudkanlah aliran sungai tersebut menjadi tempat
wisata pemandian,” katanya.
Selanjutnya
dirinya menuturkan, dulunya sebelum menjadi tempat pemandian. Aliran sungai ini
sebagai tempat pencucian, pengairan sawah dan acara ritual kungkum pada hari Selasa/Kamis
Kliwon atau mandi keramas jelang Ramadhan.
“Untuk itu,
kami bersama-sama melakukan swadaya penataan, pembersihan, pengerukan maupun pengurukan.
Selanjutnya talud kami pondasi dan jalannya kami cor. Setelah selesai dan berhasil, baru kami membuka
untuk usaha pengelolaan pemandian tersebut,” urainya.
Dari hal
ini, lantas Mustaqim menambahkan, dengan kami buka pemandian tersebut sebagai
pemandian wisata rakyat, taraf hidup ekonomi masyarakat desa sini berubah dan makin meningkat. Dimana ibu-ibu yang
menganggur maupun mau cari tambahan bisa pada berjualan, terus anak mudanya, baik yang masih
sekolah atau pengangguran dapat membuka tempat parkiran atau pun menyewakan ban
pelampung. Dan yang terpenting dapat menumbuhkan nilai hasil manfaat, serta dapat
membuka lapangan kerja.
Sementara
untuk biaya masuk hanya dikenakan Rp.2000/orang. sedangkan untuk sewa ban
pelampung Rp.2000 (ban pelampung kecil) dan yang besar Rp.5000.
Adapun
hasil yang diperolehnya rata-rata Rp. 500 ribu untuk hari libur, dan Rp. 200-300
ribu pada hari biasa.
“Dari
hasil yang diperoleh tersebut, kami bagi untuk membayar gaji penjaga dan
penyewa ban pelampung antara 4-5 orang. Sedangkan sisanya di tabung, juga untuk
kebutuhan yang lainnya,” jelas Mustaqim.
Sedangkan saat disinggung untuk harapan kedepannya, Mustaqim mengatakan, ya tentunya pemerintah
kabupaten setempat, dengan melalui dinas pariwisata diharapkan dapat memberikan perhatian dan
prioritas, manakala jika terjadi direnovasi bagi pengelolaan wisata pemandian
rakyat desa ini lebih khusus, tentunya untuk kesejahteraan masyarakat desa
sini.
“Disamping
itu, kan bisa juga dapat sebagai bahan rujukan dan tambahan aset denitasi
pariwisata di daerah sini,’ tuturnya.
.Doc: MTM/GD-N/Media Network Jateng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar