Oleh: MT. Mudjaki
Pada umumnya diri
manusia terus mencari dan mencari diluar dirinya. Meskipun yang ada pada dirinya
sudah / telah diberi / memiliki; akal pikiran, ilmu pengetahuan, rumah mewah,
jabatan / kedudukan, mobil mewah, kemampuan, keahlian, keyakinan dan....bla..bla..bla.….sampai
beragama-bertuhan. Namun kenyataannya manusia masih saja tidak ada puasnya.
Bahkan semakin jauh untuk terus menapak hingga dalam konteks realitas suatu
pemahaman tertentu, tak bisa memahami ‘Apa, Kenapa dan Bagaimana’ eksistensi
dan kapasitasnya. Dan malah justru berada ditengah persimpangan dengan membalut
mata jiwa keras, angkuh, sombong dan serakah. Hal ini menunjukan identitas dan
karakteristik diri manusia sudah hilang akan jati dirinya sebagai makhluk
sempurna. Apalagi kita tahu; Di zaman yang serba mengedepankan ranah hidup
bertaburan sifat materalistik, kapitalistik, hedonistik, liberalistik dan
egoistik. Membuat tata ruang peradaban dan kebudayaan nilai - nilai ‘kaluhuran leluhur’ yang ada pada
bangsa kita, seperti dalam bersosialisasi, kebersamaan, toleransi dan saling
mengasihi. Kenyataannya sudah tak mampu lagi membuncah untuk mengembalikan
nilai - nilai tersebut. Dan bahkan mulai luntur dan pudar.
Dalam Ranah hidup, Me
(ranahi) diri dalam ruang kehidupan ‘Apa, Kenapa dan Bagaiamana’. Pada dasarnya
sebuah tema yang mau saya sampaikan, merupakan sekepil bentuk apresiasi sebuah perpaduan
dari terjemahan beberapa karya-karya tulisan ‘Mutiaraku’ dalam; “Sang Jurnalis Merah Putih : Olah Kata
Dalam Ucapan, Tulisan Dan Pemikiran”. Hal tersebut, guna sebagai cermin kaca
benggala, bahan motifasi, inspirasi, perenungan. Serta energi jalan untuk membuka
mata jiwa dan mata hati kita ( kesadaran ) dalam memahami proses kehidupan ini dengan
mengisi sesuatu; mana yang dianggap bermakna, baik, penting / perlu dilakukan
dan diselesaikan. Serta apakah nantinya dapat berdaya guna manfaat ataukah
tidak sama sekali. Bukan hanya sebatas pada lingkup diri sendiri, teman,
keluarga. Tetapi juga bagi orang lain / masyarakat luas.
Kita tahu dan sadar
akan suatu pertayaan – pertanyaan dalam benak diri; Bukankah setiap manusia
selama masih hidup dan mau berproses dalam kehidupan ini, pastilah akan
dihadapkan dan mengalami hal - hal seperti; kesusahan, persoalan - persoalan,
keterkanan, penindasan dan segala ujian - ujian yang menjadikan hambatan / beban
bagi hidup. Dan bukankah setiap manusia tidak ingin terbelenggu akan hal - hal
seperti itu ? Dan bukankah setiap manusia menginginkan dalam hidupnya teduh,
tenang, bahagia dan damai ? Dan bukankah hidup tidak hanya sebatas kehidupan
dunia ini saja ? Dan…dan…dan…bukankah.……………………………………………………...................Hioooo...!
Oleh karena itu,
saya ingin mencoba menggambil beberapa karya - karya tulisan mutiaraku, antara
lain;
1. “Hidup adalah
beban kesanggupan yang harus dijalani. Untuk itu, penuhilah hidup ini dengan
kesadaran dan kesabaran.”
2. “Berjalanlah
sesuai kodrat yang telah diberikanNYA, kepadamu. Sebab disitulah lumbung
hakekat nikmat dan rahmat yang sesungguhnya.”
3. “Jika seseorang
mempunyai keinginan, harapan dan impian karena didorong oleh suatu prasangka - prasangka
buruk dan tidak memiliki keyakinan kuat. Maka yang didapat hanyalah kehampaan
dan kekecewaan.”
4. “Orang yang tabah
adalah: orang yang selalu dan siap merasakan sakitnya cambuk kehidupan.”
5. “Orang yang
shaleh adalah: orang yang senantiasa selalu mengagungkan DIA, Bukan mengagung -
agungkan dirinya.”
6. “Kita lahir tak
memiliki nama, tapi kita mati meninggalkan nama. Sesungguhnya baik buruknya
nama kita terletak pada amalan yang mengiringinya.”
7. “Jika hidup kita
memegang hakekat dunia untuk kebahagia'an akherat telah / dapat terwujud. Maka,
pada dasarnya bukan semata - mata diukur dari nilai sebuah keinginan saja.
Tetapi juga diukur atas dorongan dari nilai sebuah keyakinan (iman) itu
sendiri.”
8. “Hidup adalah
sesuatu kebutuhan dan sesuatu kebutuhan haruslah diperjuangkan. Agar hidup
dalam mencari sesuatu kebutuhan dikehidupan ini menjadi hidup. ‘Mumpung
padang rembulane, mumpung jembar kalangane lan Mumpung pijer srengengene,
mumpung pener pasuryane’ .”
9. “Penerapan
keindahan dan kedamaian wujud hidup bertoleransi dalam kehidupan telah
ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta, tergambar ada pada pelanggi. Sebab
disitulah cermin hakekat Sesungguhnya.”
10. “Ketika
pencarian proses hidup yang berpeluh tak resah dalam suatu kehidupan, itu
‘lebih baik’. Sebab hal itu penentu hakekatnya pemahaman nilai wujud kehidupan
yang sebenarnya.”
11. “Jadikanlah
suatu kenyata’an hal; terjepit, tersulit bahkan tersakiti dalam hidup kita,
sebuah makanan yang lezat penuh nikmat. Yakinlah, Allah Sang Maha terAmpuh
tidak akan menutup diriNYA untuk memberikan jalan kemudahan dan mengangkat
tinggi derajat kita kelak ( di Akherat ).”
12. “Janganlah memandang keburukan itu buruk, siapa tahu dibalik
keburukan ada kebaikan dan janganlah memandang / mengagung - agungkan kebaikan
itu baik, siapa tahu dibalik kebaikan itu ada keburukan, bahkan kebusukan.”
13. “Bagiku, untuk berjiwa besar memberikan pengertian, pemahaman dan
kesadaran suatu penyelesaian persoalan hidup adalah: Jangan ter / dipaksa oleh kehendak, namun dengan tetap berlaku prinsip;
‘Mengalah bukan berarti kalah, mengalah bukan berarti salah’ .”
Jadi sangatlah jelas, uraian yang telah tertulis diatas dengan dukungan
beberapa karya - karya tulisan mutiarakoe. Meskipun hanya sebatas implisit
prefektif aktualisasi dan apresiasi diri. Namun hal tersebut, semoga dapat memberikan
suatu inspirasi, padangan atau pemikiran - pemikiran yang lebih luas. Serta,
tentunya menjadikan sebuah catatan dan kesimpulan tersendiri, yang bermanfaat
makna bagi realita hidup kita masing - masing.
Salam damai dalam reintrospeksi. Dan semoga keberkahan senantiasa
tercurahkan untuk kalian semua, amien.