Ngaglik – “Angin
berhilr alur nafas kesejukan. Gemericik air beralir jalur ketenangan. Dibalik
serumpunan bambu- bambu dan pepohonan, terlihat burung-burung berdendang
nyanyian cakrawala rayaNya, begitu indah dan merdu. Sementara dibawah kaki-kaki
jelajah naungan jiwa ibu pertiwi tegak berdiri, terbentang hamparan pemandangan
sawah yang dikelilingi kerapatan hutan yang begitu hijau nan sejuk memukau.
Ditambah, anak-anak keturunan berkayut lahir dari kasih sayang penduduk yang
bermasyarakat hidup bersahaja, sederhana, ramah dan rukun. Berlabuh sirkulasi
jalannya perekonomian, atas kelimpahan kerahmatan, keberkahan, dan kesuburan ‘Sumber
Daya Alamnya (SDA)’ yang banyak memiliki nilai-nilai potensi. Serta didukung
tempa oleh keteguhan, kemandirian dan kerja keras potensi hasil Sumber Daya
Manusianya (SDM). Dari hal itu, aspek-aspek kehidupan membentang ranah bercungkup
bidang; pertanian, perkebunan, peternakan dan kewirausahaan. Hingga, siapapun
yang datang berlaku lelap ketempat daerah tersebut akan merasakan kegaguman
dalam selimut awan keteduhan, kenyamanan, dan kedamaian”.
Dari sekilas
ilustrasi sastra semesta alam diatas yang saya apresiasikan, mengambarkan suatu
daerah yang ada dibawah lereng gunung
Ungaran, yakni tepatnya di daerah Dusun Ngaglik, Kelurahan Pledokan, Kecamatan
Sumowono-Kabupaten Semarang, Kamis (07/04/2016) pagi.
Menurut Kepala Desa Pledokan, Turja’un mengatakan, bahwa dusun Ngaglik merupakan
sebuah dusun memiliki luas -+76,7Ha dengan penduduk sekitar 546 jiwa, terdiri
laki-laki 286, perempuan 260 orang. Dan rata-rata penduduknya tak jauh beda dengan dusun-dusun lainnya, yakni bekerja
sebagai petani dan peternak, dengan hasil dan pendapatan komoditas dari
pertanian dan perkebunan adalah tanaman padi, jagung, ubi jalar, sayuran dan
buah-buahan. Sedangkan untuk sektor peternakannya seperti ternak kambing, sapi dan ayam.
“Sebenarnya dusun
Ngaglik tak jauh beda dengan dusun-dusun lainnya yang ada di wilayah pemerintah
desa Pledokan. Hanya saja, setiap masa hasil panen yang berasal dari daerah itu,
biasanya masyarakatnya, sebagian hasil panennya dijual dan sebagian lagi diolah
sebagai usaha nilai bagi tambahan penghasilan. Seperti jahe yang dijadikan sirup
jahe, deresan air aren dijadikan gula aren, kopi menjadi kopi bubuk, serta
ketela pohon atau umbi jalar menjadi criping goreng,” jelasnya.
Selanjutnya, Turja’un menambahkan, adapun untuk
beberapa warga yang berternak seperti sapi, biasanya perahan susu sapinya
diambil, dan diolah menjadi minuman susu segar. Sedangkan untuk kotoran ternak sapinya
dijadikan sebagai pupuk.
“Dari kedua hal
tersebut, baik itu olahan perahan susu sapi maupun kotoran sapinya menjadi
pupuk, masyarakat dusun Ngaglik selalu manfaatkan untuk nilai jual. Kan lumayan
sebagai tambahan penghasilan,” imbuhnya.
Selanjutnya Kades Turja’un menuturkan, ada sebuah keunikan
di dusun Ngaglik, dan sangat menarik, sehingga membuat kagum banyak orang. Dimana dari daerah
terpencil tersebut mempunyai tempat /wadah dalam hal sektor pendidikan non
formal yang dikenal dengan nama ‘UPLIK’, yakni sebuah tempat sebagai sarana
taman bacaan dan pengajaran ilmu pengetahuan bagi warga penduduk setempat.
Adapun Uplik ini
merupakan ide dasar untuk mencerdaskan dan membangun masyarakat gemar membaca.
“Dengan ide dasar
itu, maka dibuatlah adanya taman bacaan dan sekaligus juga sebagai tempat
pengajaran berbgai ilmu pengetahuan. Dan dari hal itu pula, harapannya
masyarakat sini jangan ada yang buta hurup, ketinggalan informasi, dan tidak
mengenal ilmu pengetahuan,” penuturannya.
.Doc: MTM/GD-N/Media Network Jateng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar