Semarang – “Jika diri kita mau lebih mendalami tentang arti makna
rasa jiwa nasionalisme, pada dasarnya dimulai dari diri kita harus mau
menumbuhkembangkan cinta nilai-nilai kebudayaan, khususnya seni tradisional
yang ada di Tanah air ini,” demikian pernyataan Sekretaris Sanggar Lentera,
Kota lama-Semarang, Sugiarto, Minggu (03/04/2016) pukul 18.30 WIB saat pagelaran
acara ‘Nguri-nguri kabudayan kaluhuran leluhur’ pada jurnalis Media online Network Jateng.
Selanjutnya ia
menambahkan, sebab bagaimanapun juga seni tradisional peninggalan nenek moyang
kita merupakan seni dan budaya yang memiliki daya cipta atau energi sentra
bagian dari cermin kaluhuran yang sangat luhur. Dari hal tersebut, banyak
elemen masyarakat kita, entah itu dari latar belakang golongan, etnis, status
pendidikan manapun selalu mendukung, berpartisipasi dan berbaur bersama. Dan
ini merupakan suatu contoh dari arti makna rasa jiwa nasionalisme itu sendiri.
“Oleh karena itu,
kami setiap hari minggu ke tiga senantiasa mengadakan pertemuan dan pagelaran
tentang hal, seperti karawitan, wayangan, ketoprak, pedalangan, dan tari kreasi
budaya,” jelasnya.
Sementara dalam
pagelaran acara nguri-nguri kabudayan kaluhuran leluhur diramaikan dengan
pertunjukan wayang kulit dengan durasi kurang lebih -+1,5 jam oleh dalang usia
muda dari pelajar sekolah tingkat menengah maupun perguruan tinggi kota Semarang.
Adapun dalang
usia muda itu, yakni Jose merupakan pelajar kelas satu SMA Karang Turi,
Semarang, sedangkan Tomy, mahasiswa
Unnika Soegipranoto-Semarang. Dan setiap pertunjukan wayang kulit, masing-masing
dalang tersebut menampilkan kelebihan-kelebihan, baik daya kemampuan dalam
kreatifitas pertunjukan maupun olah cipta ritme-ritme ceritanya.
Dari pagelaran pertunjukan
wayang kulit dalang usia muda tersebut mendapatkan respon sangat positif dari
masyarakat yang hadir. Dan salah satunya datang dari para suster STPK Santo
Fransiscus, yakni Suster Marisa dari Maluku.
“Meskipun saya
baru pertama kali datang dalam rangka menumbuhkembangkan cinta nilai-nilai
kebudayaan seni taradisional yang diselenggarakan oleh sanggar Lentera melalui
salahsatunya acara pagelaran wayang kulit dari anak muda, yakni dari kaum
pelajar, saya secara pribadi sangat puas, bangga dan kagum. Apalagi
pagelarannya disertai dengan kolaborasi dengan pertunjukan pagelaran seni
tradisional lainnya,” tuturnya dalam senyum bulan purnama.
Kemudian suster
Marisa menyatakan, sanggar Lentera kota lama-Semarang ini diketahui merupakan
sebuah sanggar para seniman-seniman yang orentasinya dan terfokus untuk
berkesenian secara kreatifif dan pro aktif dalam kemandirian. Disamping itu
juga sebuah tempat pendidikan guna mendorong, menumbuhkembangkan, serta
membangun masyarakat untuk lebih mencintai akan karya cipta nilai-nilai seni
kebudayaan bangsa sendiri.
.Doc: MTM/GD-N/Media Network
Jateng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar