JAKARTA - Rumah
megah bercat putih di Jalan Cipinang Cempedak I Nomor 29, Jakarta Timur, tampak
ramai, Senin (19/05/2014).
Ratusan orang berkumpul di halaman rumah milik H. Harris Tahir tersebut. Hari itu
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres / cawapres.
Adapun alasan Prabowo-Hatta dan partai
pengusungnya memilih Rumah Polonia, merupakan soal historis. Karena rumah itu merupakan bekas kediaman
Presiden Pertama Republik Indonesia Sukarno.
"Ini
kan rumah Sukarno. Memang kita pengagum Sukarno. Nasionalismenya,
idealismenya," ujar Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi.
Sementra aroma Bung Karno
mungkin sudah tidak terekam dalam rumah berlantai dua itu. Sisi ruangan sudah
dipenuhi dengan ornamen foto Prabowo dan Hatta. Di ruang utama, sebuah lampu
gantung besar menyinari foto Prabowo-Hatta yang menghiasi tembok-tembok. Sedangkan dalam acara deklarasi,
kain berwarna merah-putih memanjang di tembok tempat pintu utama.
Menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai
Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo menilai, rumah itu menjadi bagian dari
kehidupan, semangat, dan jiwa dari Bung Karno.
"Rumah
itu sebagai simbol bahwa koalisi ini bertekad meneruskan semangat dan jiwanya
perjuangan Bung Karno," ujar dia.
Dradjad
menambahkan juga melihat ke sisi yang
lebih dalam. Dimana belakang
rumah terdapat masjid berwarna biru. Dan masjid
itu menjadi tempat bagi santri untuk menghafal Alquran. Hal itu memadukan dengan ketokohan
Sukarno yang pernah menjadi penghuni rumah.
"Rumah
ini menjadi simbol perpaduan antara nasionalisme dan Islam yang sangat bermakna
dan bernilai sejarah," kata dia.
Kenapa
Bung Karno? Dradjad mengibaratkan tokoh proklamator tersebut sebagai 'sajadah
panjang'.
"Simbol
persatuan. Rumah besar bangsa, tanpa dikotomi nasionalisme versus Islam yang
sama sekali tidak relevan itu," ujar dia, yang partainya juga turut
mengusung pasangan Prabowo-Hatta.
Sementara itu, Presiden Partai
Keadilan Sejahtera Anis Matta mempunyai pandangan yang serupa. Sisi kesejarahan
dari rumah di Jalan Cipinang Cempedak itu bisa menjadi alasan sebagai tempat
untuk pendeklarasian pasangan Prabowo-Hatta.
"Tempat
bersejarah. Wajar apabila dijadikan sebagai tempat deklarasi," ujarnya.
Mengenai
pemilihan rumah ini, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menanggapinya
dengan santai. Sisi historis memang masih alasan utama. Namun, Fadli melihat
ada upaya bantuan dari si empunya rumah, Harris Tahir yang merupakan Ketua Umum
Majelis Dzikir SBY Nurussalam.
"Rumah
ini pendukung Pak Prabowo dan Hatta, dan tempat ini luas. Kami diberikan secara
sukarela," kata dia.
Memang
dilihat dari sisi sejarah, menurut Fadli, rumah ini pernah ditempati para
jenderal. Selain Bung Karno, rumah tersebut pernah dihuni Jenderal Mamun Murod,
Kastubi, dan Mas Iman. Ke depan rumah megah ini akan menjadi posko pemenangan
Prabowo-Hatta. Di halaman rumah, sudah terpampang foto besar Prabowo-Hatta,
Capres-Cawapres Periode 2014-2019.
Dalam
kaitannya dengan sosok Bung Karno, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat
Nasional (PAN) Amien Rais memberikan komentar dalam sambutan acara
deklarasi.
"Saya
bukan tukang membaca wajah manusia, tapi Pak Prabowo ini dari samping seperti
Bung Karno. Dari depan juga seperti Bung Karno. Tadi berpidato tanpa teks, off the hook, luar
biasa seperti Bung Karno juga. Mudah-mudahan Bung Bowo dan Bung Hatta ini bisa
membawa kita ke arah lebih bagus lagi," ujarnya.
.Lind@Ant/Rep/JMP-21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar