Prosentase tindakan aborsi semakin
tinggi dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun akhir-akhir ini. Hal itu mencapai
angka kisaran hampir 80% dari jumlah penduduk masa produktif usia wanita 16-35
tahun. Dan rata-rata disebabkan oleh faktor:
1.
Kekawatiran secara berlebihan dalam jiwanya (spychic)
(75%)
2.
Tekanan keluarga (82%)
3.
Tidak ada kesiapan mental untuk berumah
tangga (60%)
4.
Lingkup ekonomi (15%)
5.
Rasa malu terhadap lingkungan (78%)
Adapun aborsi memiliki
resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Jadi tidak benar, jika ada yang mengatakan, bahwa ketika seseorang
melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Hal ini adalah
informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis.
1.
Resiko kesehatan
dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan
setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita. Dan resiko tersebut, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak
karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak
karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara
lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek
(Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher
rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya
6. Kanker payudara
(karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung
telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher
rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati
(Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi
(Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2.
Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review
(1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami
hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
7. Rasa bersalah/dosa (78%)
.Catatan: Dari hal-hal yang telah ditulis diatas,
tentunya dapat menjadikan bahan kajian dan tanggungjawab bagi pemerintah, khususnya
Menkes serta peran bersama masyarakat pada umumnya.
.Sumber: LIND@artikel jurnalis/PD.21/Doc.JMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar