Selasa, 16 Oktober 2018

Tumbuhkan Pendidikan Karakter Taqwa Pada Anak (I)

Oleh: MT. Mudjaki

Tantangan utama dalam menghadapi persoalan dan permasalahan keluarga bagi perkembangan anak-anak di era digital yang serba bebas, materialistic, hedonistic dan cenderung bebas terbukanya konten pornografi, aksi kekerasan; bullying, pelecehan seksual dan tawuran adalah terjadi adanya tingkat rendahnya akses moral pendidikan, serta menurunnya peran komunikasi keluarga, konflik social, kemiskinan dan KDRT.

 Ditambah, peran institusi atau lembaga Negara yang kurang cepat responsive dan resperentif atas hal-hal tersebut.
Oleh karena itu diperlukan pencegahan dan penanggulangan secara dini, sinergi, dan konsisten, yakni dengan mengembangkan pembinaan pendidikan karakter taqwa dan mewujudkan situasi kondusif, aman, sejahtera dan damai. Hal ini, tentunya akan menumbuhkan lahan subur yang dapat menghasilkan benih-benih generasi bangsa berkarakter moral baik, tangguh, beriman dan bermasa depan.

Sementara untuk awal terciptanya dalam mengembangkan pembinaan pendidikan karakter taqwa pada diri anak-anak, yakni dimulai dari keluarga. Dan sebagai pemicu penerapannya adalah kembali pada diri orang tuanya, yakni untuk dapat memberikan contoh, menerapkan keteladanan. Baik keteladanan berkomunikasi, beribadah, berinteraksi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sebab bagaimanapun, keluarga; orang tuanya merupakan pondasi utama dan sekaligus cermin sebuah bentuk pembelajaran atas nilai-nilai pokok dari identitas kehidupan dan kepribadian itu sendiri. Hal ini akan menjadi penguatan sebagai basis ‘Keluarga Sakinah’.

Lantas apa yang dimaksud dengan “Karakter Taqwa” itu?
Karakter taqwa adalah suatu pribadi manusia (muslim-muslimah, red) yang memiliki potensi kemanusiaanya tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara tauhidiyyah, jasadiyyah, aqliyyah, ‘ubudiyyah dan khalifiyyah. Sehingga dari hal tersebut akan menjadi diri pribadi setiap muslim-muslimah menjadi karakter yang utuh (kaffah).
Seperti yang termaktup dalam Q.S. Al Hujurat (49):13, yakni;
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”.

Dan diperkuat juga ada pada Q.S An Nisa (4):1, At Tahrim (66):6, Al Baqarah (2):183, Al Imran (3):76, 102, 133-134, An Nahl (16):125-128 dan Al Araf (7):26, 128 dan 156.

Adapun dari ayat-ayat tersebut diatas merupakan inti sari petunjuk sebuah perintah untuk bertaqwa kepada Allah SWT dan sekaligus peringatan (warning) dengan diperkuat aspek ke-iman-an, meliputi akidah, akhlak, ibadah dan mu’amalah duniawiyyah.

Sementara sebagai penguatan aspek-aspeknya diperjelas dalam Q.S Al Baqarah (2):177, yakni:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat itu suatu kebaktian, tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), orang-orang meminta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, orang yang menepati janjinya apabila berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.

 .Doc.Arsip Artikel: MTM/Sumber Kesenergian Kajian Islam Muhammadiyah