Kamis, 08 November 2018

Tumbuhkan Pendidikan Karakter Taqwa Pada Anak (II)


Oleh: MT. Mudjaki

Guna menindaklanjuti artikel yang berjudul: “Tumbuhkan pendidikan karakter taqwa pada anak (I)” yang telah saya tulis dan terurai berapa waktu lalu, saya ingin kembali menambahkan ulasan sebagai bahan penguatan, cakupan dan sekaligus penuntasan. Disamping itu, tentunya dapat sebagai bahan perenungan, menambah wawasan, dan kajian nilai-nilai manfaat bagi kita semua.

 Sementara itu dalam artikel sebelumnya (secara implisit) kita ketahui, bahwa pendidikan karakter taqwa bagi pertumbuhan anak adalah suatu pendidikan yang menerapkan metode dan system terpadu dari mulai keluarga (kedua orang tua) hingga ke jenjang pendidikan sekolah (agama maupun umum), dengan tekad ‘Satu arah : Satu tujuan’ menjadi pribadi manusia (muslim-muslimah, red) yang memiliki potensi kemanusiaannya tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara tauhidiyyah, jasadiyyah, aqliyyah, ‘ubudiyyah dan khalifiyyah.

Sehingga dari hal tersebut, anak-anak diri pribadi setiap muslim-muslimah menjadi karakter yang utuh (kaffah). Dan hal ini tentunya harus diperkuat dan selaras terkait dengan aspek-aspek yang meliputi akidah, akhlak, ibadah dan mu’amalah duniawiyyah.

Adapun untuk difinisi penjabaran aspek-aspeknya adalah sebagai berikut:

Ø  Aspek Akidah merupakan aspek karakter taqwa yang beriman pada Allah, malaikat, nabi/rosul Allah, kitab suci Al Qur’an dan kitab suci sebelumnya, serta beriman pada yang ghaib dan hari akhir.
Ø  Aspek Akhlak merupakan aspek karakter taqwa yang senantiasa memohon pertolongan, ampunan, taubat dan rasa syukur pada Allah SWT, bersifat pemaaf, pemurah, sabar dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan ujian hidup, selalu menjaga kehormatan, bersikap istiqomah dan menepati janji.
Ø   Aspek Ibadah merupakan aspek karakter taqwa senantiasa mendirikan dan menjalankan sholat, senang beramal atas rizki/hartanya yang diperoleh dengan halal bagi fakir miskin, anak yatim piatu dan orang yang membutuhkan hanya semata-mata mengharapkan ridho Allah, menjalankan puasa, baik yang wajib (puasa Ramadhan) maupun yang sunnah, senang belajar, membaca dan mengkaji kajian kitab suci Al qur’an, menunaikan ibadah haji dan umrah(bagi yang mampu, red).
Ø  Aspek Mua’amalah Duniawiyyah merupakan aspek karakter taqwa yang giat bekerja, belajar menuntut ilmu agama dan pengetahuan umum, suka berbagi pengalaman; pengetahuan, pemikiran dan tenaganya demi kemanusiaan atas ridho; sesuai dijalan Allah, senantiasa rendah hati (tawadhu) dan hidup sederhana.

Dari difinisi penjabaran aspek-aspek tersebut diatas, lalu apa strategi pendidikan karakter taqwa yang perlu diimplementasikan?

Menurut Prof. Dr. Zakiyyah Daradjat yang kemudian dikembang terapkan Kemenpendikbud, ada dua (2) hal, yakni;

  1. Menerapkan pendekatanCognitive Approach’, yaitu dengan cara mengembangkan dan membudayakan pendidikan potensi pikir anak, menanamkan daya aktualisasi, kreatifitas, diskusi dan apresiasi anak, serta memberikan jalan (solusi) tentang persoalan/permasalahan yang dihadapi anak.
  2. Menerapkan pendekatanConditional Approach’, yaitu dengan cara mengembangkan dan menanamkan suasana keluarga maupun lingkungan sekolah yang kondusif, aman, ramah, rasa cinta kasih dan peduli.
Dari dua hal ini, perkembangan diri anak-anak dapat merasakan sebuah arti makna; nilai-nilai sifat keteladanan, optimis, tidak cenggeng, komunikatif dan percaya diri.

Disamping itu, dapat membentuk jiwa pemberani; bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukannya, berani melawan pada hal-hal karakter yang kurang baik/buruk, berani bersikap kritis, penuh rasa cinta kasih dan peduli terhadap lingkungan dan sesama umat manusia. Serta berani percaya diri dan yakin mampu mengubah perilaku teman-teman lingkungan sekitarnya maupun di sekolah kearah pribadi muttaqin.

Oleh karena, guna sebagai kesimpulan dan catatan, bahwa penanaman pendidikan karakter anak berkarakter taqwa, diharapkan sebagai selaku orang tua benar-benar komitmen dan konsisten. Serta tekun, sabar, peka dan senantiasa penuh perhatian. Sebab bagaimanapun, anak-anak merupakan buah cipta dan amanat  yang telah diberikan Allah. Dan sekaligus merupakan siklus sebagai generasi penerus; pilar masa depan bagi keluarga, agama, bangsa dan Negara.


.Doc.Arsip Artikel: MTM/Sumber Kesenergian Kajian Islam Muhammadiyah

Selasa, 16 Oktober 2018

Tumbuhkan Pendidikan Karakter Taqwa Pada Anak (I)

Oleh: MT. Mudjaki

Tantangan utama dalam menghadapi persoalan dan permasalahan keluarga bagi perkembangan anak-anak di era digital yang serba bebas, materialistic, hedonistic dan cenderung bebas terbukanya konten pornografi, aksi kekerasan; bullying, pelecehan seksual dan tawuran adalah terjadi adanya tingkat rendahnya akses moral pendidikan, serta menurunnya peran komunikasi keluarga, konflik social, kemiskinan dan KDRT.

 Ditambah, peran institusi atau lembaga Negara yang kurang cepat responsive dan resperentif atas hal-hal tersebut.
Oleh karena itu diperlukan pencegahan dan penanggulangan secara dini, sinergi, dan konsisten, yakni dengan mengembangkan pembinaan pendidikan karakter taqwa dan mewujudkan situasi kondusif, aman, sejahtera dan damai. Hal ini, tentunya akan menumbuhkan lahan subur yang dapat menghasilkan benih-benih generasi bangsa berkarakter moral baik, tangguh, beriman dan bermasa depan.

Sementara untuk awal terciptanya dalam mengembangkan pembinaan pendidikan karakter taqwa pada diri anak-anak, yakni dimulai dari keluarga. Dan sebagai pemicu penerapannya adalah kembali pada diri orang tuanya, yakni untuk dapat memberikan contoh, menerapkan keteladanan. Baik keteladanan berkomunikasi, beribadah, berinteraksi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sebab bagaimanapun, keluarga; orang tuanya merupakan pondasi utama dan sekaligus cermin sebuah bentuk pembelajaran atas nilai-nilai pokok dari identitas kehidupan dan kepribadian itu sendiri. Hal ini akan menjadi penguatan sebagai basis ‘Keluarga Sakinah’.

Lantas apa yang dimaksud dengan “Karakter Taqwa” itu?
Karakter taqwa adalah suatu pribadi manusia (muslim-muslimah, red) yang memiliki potensi kemanusiaanya tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara tauhidiyyah, jasadiyyah, aqliyyah, ‘ubudiyyah dan khalifiyyah. Sehingga dari hal tersebut akan menjadi diri pribadi setiap muslim-muslimah menjadi karakter yang utuh (kaffah).
Seperti yang termaktup dalam Q.S. Al Hujurat (49):13, yakni;
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”.

Dan diperkuat juga ada pada Q.S An Nisa (4):1, At Tahrim (66):6, Al Baqarah (2):183, Al Imran (3):76, 102, 133-134, An Nahl (16):125-128 dan Al Araf (7):26, 128 dan 156.

Adapun dari ayat-ayat tersebut diatas merupakan inti sari petunjuk sebuah perintah untuk bertaqwa kepada Allah SWT dan sekaligus peringatan (warning) dengan diperkuat aspek ke-iman-an, meliputi akidah, akhlak, ibadah dan mu’amalah duniawiyyah.

Sementara sebagai penguatan aspek-aspeknya diperjelas dalam Q.S Al Baqarah (2):177, yakni:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat itu suatu kebaktian, tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), orang-orang meminta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, orang yang menepati janjinya apabila berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.

 .Doc.Arsip Artikel: MTM/Sumber Kesenergian Kajian Islam Muhammadiyah

Kamis, 13 September 2018

Khasanah Nilai Spiritualist Seni Lukis Kaligrafi (II)

Oleh: MT. Mudjaki


Menindaklanjuti artikel saya tentang dunia seni kaligrafi (I) yang secara implisit banyak memiliki nilai-nilai khasanah keragaman, keindahan, spiritualist dan hikmah. Serta sebagai bahan pelengkap dan kajian dalam menambah wawasan bagi kita, maka saya ingin mengurai lebih dalam atas hal tersebut, yakni tentang perspektif; pandangan dan pendekatan ekspresi religius dan  apresiasi strukturalis.

Sebab dari hal ini menunjukan, bahwa perkembangan dunia seni kaligrafi dari masa ke masa telah banyak mengalami grafik statistic tumbuh subur, dinamis dan maju. Bahkan terlihat lebih berani, inspiratif, kreatif, inovatif dan tidak monoton. Baik dari visual; corak, motif, gaya dan warna.

Sementara dari pengekplorasian identitas social budaya dalam karya kreatif penggabungan ketradisionalan dan modern, banyak karya kaligrafer seniman-seniwati dunia Islam yang telah tercatat dan punya tempat ke dalam kancah Internasional Association of Art-UNESCO, termasuk Indonesia.

Dunia seni lukis kaligrafi dalam perspektif; pandangan dan pendekatan ekspresi religius dan apresiasi strukturalis pada dasarnya cenderung dan hanya sebatas dilingkup orang-orang pondok pesantren atau lembaga keagamaan kelokalan di daerah-daerah. Namun cakupannya jauh lebih luas dan tersebar sampai tingkat nasional maupun internasional. Sebab seni kaligrafi merupakan suatu realita seni rupa yang punya unsur-unsur visual garis, warna, bidang, simbol dan tekstur yang unik, indah, cantik dan universal.

Disamping itu, objek apresiasi, karakteristik seni tulisannya pun dapat disenergikan dan dikembangkan menjadi wujud berbagai bentuk, entah itu bentuk manusia, binatang, matahari, bintang, kapal layar dll.

Adapun ditilik dari sudut estetika bahasa dan makna, seni lukis kaligrafi memiliki syarat nuansa penghayatan, filosofi, spiritualis dan komunikasi sebagai jalan ibadah / dakwah. Dan secara langsung maupun tidak langsung, ini merupakan sebuah bagian konsistensi jiwa, nafas dan ruh karya seni seniman-seniwati Islam.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam tentunya harus bangga, cinta dan bersyukur atas ke-Maha-an indahnya khasanah karya-karya seni kaligrafi yang merupakan aktualisasi dan apresiasi dari perwujudan tulisan-tulisan ayat-ayat kitab suci Al Quran. Serta senantiasa dapat menjaga, merawat dan terus dikembangkan.
 
.Doc. Arsip Artikelku+beberapa contoh hasil karya lukisan kaligrafiku-MTM) 

Selasa, 11 September 2018

Khasanah Nilai Spiritualist Seni Lukis Kaligrafi (I)

Oleh : MT. Mudjaki


Dunia seni kaligrafi merupakan dunia seni yang punya nilai keindahan dan identitas keunikan tersendiri. Bahkan jika kita menapak lebih mendalam, sesungguhnya ada suatu nilai-nilai spiritualist, hikmah perenungan, nasehat, dan motifasi.
Atas hal ini, saya ingin dan mencoba mengulik kembali secara Implisit tentang jejak dan perkembangan dunia seni kaligrafi itu sendiri. Sebab bagaimanapun, diri saya juga bagian dari hal tersebut; (Aktualisasi dan apresiasi dalam karya lukis seni kaligrafi, red).

Dalam pandangan dunia Islam, pada hakekatnya telah banyak memberikan ruang secara luas tentang khasanah nilai-nilai seni kaligrafi, dan tidak ada suatu pembedaan/dikotomikan. Baik secara dinamika tradisi maupun budaya. Serta juga dalam sudut pandang karakteristik, ciri/aliran maupun gaya performen seorang seniman-seniwati muslim dalam berapresiasi dan berkreasi.


Namun dari hal tersebut, tentunya tetap senantiasa menjaga, selaras dan sesuai dengan kaidah-kaidah estetika dalam koridor ajaran Islam.

Disamping itu, sebagai wujud bagian dari buah nilai ibadah untuk mencari ridho Allah SWT, baik dunia dan akherat.

 Apalagi diketahui, kedudukan seni kaligrafi merupakan sebuah nilai kekuatan dan pendorong (spiritualist) sangat integral, religius dan sakral. 

Sementara berdasarkan jejak sejarah sebagai literature hasil dari ikhtiar;  ide/gagasan, imaginasi dan aktualisasi menunjukan, bahwa peran kehadiran Al-Qur’an di awal kedatangan agama Islam berkorelasi sangat positif dan semakin tumbuh berkembang subur. Bahkan merupakan bagian dari sumbangsih utama dan pengaruh kuat terhadap dinamika tradisi, identik pola dan budaya bagi masyarakat Arab pada masa itu, khususnya umat Islam itu sendiri. 
  
Dari sinilah perkembangannya terus berjalan, yang pada akhirnya dunia seni kaligrafi mendapatkan tempat dan terjadi statistic peningkatan begitu pesat, maju dan banyak melahirkan berbagai aliran-aliran yang beragam, artistik dan dinamis. Termasuk juga dalam penuangan gaya, motif maupun corak-coraknya. Hingga merambah sampai ke negara-negara dunia Islam lainya. Termasuk juga yang ada di Indonesia, meskipun yang lebih populer  hanya ada delapan gaya, motif dan corak; lukisan kaligrafi, yakni:
·          Naskhi
·         Diwani
·         Diwani Jali
·          Tsulus
·         Farisi
·         Kuffi
·         Riq’ah
·         Rayhani

Namun dari hal tersebut, siklus perkembangannya diketahui terus dikembangkan, dan terjadi inovasi-inovasi baru, serta fundamental. Bahkan dapat disatupadukan dan senergi dengan alur dengan aliran lain, ke dalam dunia seni lukis umumnya, seperti Naturalis, Kontemporer, Realis, Art pop, Batik dll. Hingga tingkat hasilnya pun sangat luar biasa, indah, dan cenderung banyak memberikan beragam khasanah karya-karya begitu mengagumkan dan spetakuler, seperti salahsatu contohnya karya milik maestro kaligrafi Indonesia, yakni: Almarhum Amri Yahya. Dan dari beliaulah, banyak seniman-seniwati lukis; (termasuk diri saya pun) mengikuti jejaknya dan senantiasa mengagumi akan karya-karyanya hingga sampai sekarang.

.Doc. Arsip Artikelku+beberapa contoh hasil karya lukisan kaligrafiku-MTM) 

Kamis, 16 Agustus 2018

Rutinitas Kebersamaan Terhadap Masyarakat Sangat Diperlukan

Kalongan  - Calon legislatif (Caleg) DPRD PDIP Dapil 7 Kabupaten Semarang, Hadi Wuryanto saat bincang-bincang bersama warga, Kamis (16/08/18) malam. Hal ini dilakukannya sebagai wujud nilai-nilai kebersamaan. Bahkan lebih dari itu, menurutnya juga sebagai rasa kepedulian atas apa yang dirasakan masyarakat, terutama soal kesejahteraan.

Hadi Wuryanto dikenal masyarakat adalah seorang figur sederhana, supel, berintergritas dan banyak pengalaman.

Sementara disinggung soal target misi dan cita-citanya dalam pencalegkan, dirinya menyatakan semata-mata berjuang untuk mensejahterakan  rakyat. Dan itu merupakan cita-cita kunci utamanya.

“Makanya setiap malam saya rutin bincang-bincang bersama warga masyarakat. Karena dengan bincang-bincang, diri saya dapat merasakan langsung apa yang dikeluhrasakan masyarakat,” ucapnya.

Selanjutnya dari keterangan beberapa warga menyatakan, bahwa rutinitas bincang-bincang yang dilakukan Hadi Wuryanto tersebut dilakukan tidak hanya sebatas kepentingan saat nyaleg, namun sebelumnya pun sudah sering dilakukannya.

Atas hal ini, tidak salah jika Hadi Wuryanto dikenal, mudah akrab dan banyak pendukungannya.


.Doc.Arsip: MTM/pede21.Media Network Jateng

Jumat, 03 Agustus 2018

Mengurai Lukisan Realisme “Air Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif Lam Mim Nun” Karya MT. Mudjaki

Sebagai seorang sahabat yang telah lama berkecimpung pada dunia jurnalis, rasanya kurang terasa hidup dan bermakna, apabila belum memberikan sesuatu hal yang berkesan bagi diri seorang yang sudah saya anggap sebagai saudara, yakni MT. Mudjaki.

Adapun sesuatu hal terkesan yang akan saya berikan kepadanya adalah sebuah tulisan yang mengurai tentang lukisan karya miliknya, yakni “Air Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun”.
Sebab, manakala disaat beberapa kali saya bertandang kerumahnya, ada sesuatu keanehan yang membuat diri saya sangat tertarik, kagum dan bahkan penasaran, apa yang terkandung ada dalam nilai-nilai makna dibalik lukisan karyanya tersebut. Apalagi lukisan itu banyak mendapatkan sorotan; pembicaraan dikalangan sahabat-sahabatnya, baik itu dari pengamat, pegiat dan pecinta seni. Dengan adanya hal itu, membuat diri saya terpicu ingin mengurai lukisan karyanya tersebut, dan menjadikan sebuah bentuk tulisan yang akan saya persembahkan kepadanya.

.Hasil Ulasan Pendalaman Nilai Arti Makna Sebuah Karya Yang Terkesan.
Dalam hasil pengalian dari beberapa pengamatan, informasi dan ulasan yang telah saya dapatkan guna memperkuat penulisan pada karyanya tersebut, menunjukan bahwa realitanya dalam menuangkan sebuah karya nyata pada dunia seni lukis adalah keindahan dan kedamaian. Adapun dalam wujud suatu keindahan dan kedamaian itu adalah karakteristik akar kekuatan nilai seni itu sendiri. Sebab hal ini merupakan bagian dari energy eksistensi dan indentisitas diri seorang seniman yang punya rasa cinta terhadap suatu proses kreasi dalam mengangkat sebuah tema, gagasan/ide, goresan penuangan maupun corak warna.

Oleh karena itu, karya “Air Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun”milik MT. Mudjaki telah mewakili akan hal tersebut. Bahkan, cenderung memiliki sebuah pendalaman nilai makna spirit dan motivasi.

Lukisan “Air Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun” karya MT. Mudjaki, adalah sebuah lukisan yang mengambarkan wajah sosok seorang perempuan berjilbab yang sedang terurai kebeningan air mata, bersanding dengan kitab suci Al Quran. Dan sepertinya mengisyaratkan suatu nilai arti makna sebuah penuangan pada perasaan yang dirasakan atas persoalan, fenomena keadaan maupun impian yang belum terwujudkan.

Oleh karena dari hal tersebut, menurut MT. Mudjaki dalam uraiannya yang lebih luas dan mendalam mengatakan, bahwa wajah sosok perempuan berjilbab itu merupakan sosok seorang guru ngaji yang telah lama berjuang dari sekian puluhan tahun tanpa lelah, baik suka maupun duka dalam memberi pembelajaran dan pendidikan baca tulis Al Quran bagi anak-anak muslim-muslimah bangsa ini. Meskipun dari perjuangannya tersebut, tantangan, persoalan dan ujian senantiasa menghadang dan menghalanginya. Tetapi semua itu dilakukannya dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketawadhuan. Hingga pada titik klimaknya, manakala dari tantangan, persoalan dan ujian tersebut sudah tidak dapat dibendungnya. Maka dirinya hanya berserah pasrah pada Allah sang Khaliqnya, dalam keheningan dan kebeningan tangis urai air mata yang tersirat pada cermin “Alif, Lam, Mim dan Nun”.

Sementara ketika saya menanyakan soal siapa diri wajah sosok perempuan yang dilukisnya tersebut. MT. Mudjaki tidak mau menyebutkan namanya, namun hanya mengatakan, bahwa wajah sosok perempuan itu biarlah menjadi sebuah misteri bagi alam pikiran maupun catatan tersendiri didalam hati. Entah itu wajah sosok istriku ataukah orang lain. Namun yang terpenting dan perlu digaris bawahi, yaitu:

Atas apa yang telah teraktualisasikan dan terapresiasikan mengenai wajah sosok seorang perempuan guru ngaji yang terdapat pada lukisan itu adalah nyata dan ada disekitar kita. Dan ini merupakan bentuk bagian dari kandungan sebuah cermin, filosofi dan kritikan bagi diri kita untuk lebih peka, peduli dan mau beramal; menyisihkan sebagian rejeki kita terhadap sosok seorang perempuan tersebut.

Sebab bagaimanapun dan kita tahu, profesi sebagai seorang guru ngaji merupakan sebuah profesi yang tidak dapat diukur nilainya hanya sebatas kecenderungan akan materi. Tetapi lebih pada sebuah nilai-nilai tuntunan, kewajiban, serta energi perjuangan hidup dalam mengamalkan ilmunya yang sangat luar biasa, positif, teduh dan bermanfaat bagi anak-anak kita. Hingga menjadikan anak-anak kita tumbuh berkembang menjadi generasi  muslim-muslimah yang berkepribadian shaleh, beriman, bertaqwa dan bisa baca tulis kitab suci Al Quran.

Disamping itu juga, sebagai pondasi pilar pertahanan terhadap akses dampak dari sebuah jaman modern yang serba digital, canggih dan sarat transformasi penuh dengan keriskanan dan penyimpangan etika moralitas.

.Kesimpulan Akhir.
Dari hasil uraian dan penjelasannya tersebut, tidak salah bila lukisan karyanya itu banyak mengisyaratkan sebuah pendalaman nilai arti makna yang bermuatan kesan mengagumkan. Meskipun dituangkan hanya sebatas goresan warna hitam putih pada sesosok wujud “Air Mata Perempuan Dalam Keteduhan Alif, Lam, Mim, Nun”.

.Doc. Arsip Artikel/e-mail@sahabat/lind.Pede21.

Kamis, 02 Agustus 2018

Membidik Fenomena Lukisan ‘Air Mata Al Masih’ Karya MT. Mudjaki, Hasil Apresiasi Sebuah Puisi Karya Usangnya

Air Mata Al Masih
(Kebenaran Yang Telah Teringkari Oleh Kaum Fasiq)
          
                                                      
Pada taburan serangkai bunga, berpalung mahkota duri
Aku melihat dari kebeningan mata hati
Terpancar urai air mata, diri; terkasihNYA
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
(i)
Ketika kau dilahirkan;
Hujatan, fitnah dan hinaan bersemayam dalam dirimu dan ibumu

(ii)
Ketika kau memberi jalan terang, mengangkat derajat,  dan mengampuni dosa-dosa Maria Magdalena;
Dirimu kembali dihujat, difitnah dan dihina

Dan….

(iii)
Ketika kau pada masa akhir dan tersalibkan;
Dirimu pun juga kembali dihujat, difitnah, dihina dan bahkan disiksa
Menjadikan dari semua itu;
Tangis cakrawala semesta raya, berlabuh tetesan alir darah dan gelap………


-24 Desember 1990, Yogyakarta-

Menumbuh Kembangkan Nilai Kreatifitas dan Bakat Dalam Sebuah Perlombaan Bagi Anak-anak Sangat Diperlukan


Oleh: MT. Mudjaki
Dalam penyelenggaraan suatu event perlombaan bagi anak-anak, baik itu tingkat pra TK hingga tingkat SLTA, dibutuhkan sebuah pertimbangan, kepekaan dan kepedulian yang tentunya tidak hanya sebatas hiburan, hura-hura, dan/atau bersifat monologis. Namun diharapkan dapat memberikan suatu event perlombaan yang mencerminkan dan menumbuh kembangkan daya kreatif, edukatif, potensi; bakat dan berdaya guna manfaat.

Disamping itu juga bisa menghadirkan sebagai tempat aktualisasi dan apresiasi bagi pembelajaran, pendidikan dan keteladanan.

Oleh karena itu, alangkah tepat dan sebaiknya pada momen HUT Kemerdekaan Negara kita tercinta ini dapat dijadikan sebuah ajang perlombaan bagi anak-anak kita yang mencerminkan dan menumbuh kembangkan seperti yang tersebut diatas.

Maka dari hal ini anak-anak akan tumbuh berkembang menjadi generasi berpotensi, matang, berbakat dan kredibel. Bahkan terkesan ada nilai-nilai makna positif dan kebanggaan tersendiri, terutama bagi orang tuanya.

Adapun jenis suatu event perlombaan yang terkait hal tersebut, diantaranya seperti: Lomba tari, musik, menyanyi, baca puisi, bercerita, melukis atau mewarnai gambar, cerdas cermat dll.
Sementara sebagai catatan, bahwa beberapa contoh event perlombaan yang disebutkan diatas merupakan bagian dari nilai-nilai pokok sebuah identitas kepribadian, pola pikir, daya imaginasi dan karakteristik anak-anak itu sendiri. Diibaratkan seperti:
“Wajah cakrawala langit yang hidup dalam warna-warni pelangi bagi dunia Dan Kehidupannya”
.Doc. Arsip: MTM/Jurnalis Reality&Independen/Media Network Jateng.
***

Jumat, 27 Juli 2018

Jelajah Doa Kepasrahan Dan Harapan

‘Bukankah waktu terus berjalan dalam putaran semesta kisah cerita kehidupan ini. Dan bukankah disetiap dari semesta kisah cerita kehidupan ini, merupakan sebuah perputaran bagi bahan renungan dan kesadaran itu sendiri. Oleh karena itu, tak ada seorangpun yang bisa menyangkalnya, ataupun mengingkarinya dari hal itu.’


S
ementara itu, ketika kesendirian menikam kerapuhan jiwa yang sepi. Dan gemuruh langit menghantar kesunyian malam. Di atas pembaringan kasur mungil berwarna biru muda di sudut kamar. Tampak sekali, jika Betty dengan hati yang tengah dilanda keresahan atas dorongan pikirannya yang sedang mengembara terbang kemana-mana. Sehingga membuat sekujur tubuhnya terasa tak enak. Apalagi ditambah dengan suasana malam semusim hujan yang membentangkan curahan alir air yang begitu derasnya.
Tetapi di saat waktu menunjukan pukul 21.15 WIB, dirinya merasakan, sepertinya ada sesuatu yang aneh. Yang akhirnya, mau tidak mau harus bangkit dari pembaringan. Kemudian, dirinya duduk dengan posisi kedua telapak tangan mengatup tepat diwajahnya, serta kepala menunduk menghadap pada sebuah salib yang berdiri diatas altar meja persembahan doa. Lalu…Sambil menarik nafas dalam-dalam dan perlahan-lahan, Betty pun akhirnya memanjatkan sebuah doa;
“Ya Tuhan Yesus...Kenapa aku merasakan hal semacam ini? Padahal aku tidak mau kalau hari-hariku selalu dibayangi oleh cerita masa lalu yang buruk. Jujur, aku lebih baik hidup sendiri, jika cinta yang telah dibangun, pada akhirnya, haruskah terhenti menyakitkan. Untuk itu, Ya Tuhan Yesus…Berilah aku kekuatan, agar dapat memilih pilihan pasangan hidup yang terbaik bagiku selamanya. Amien..Terpujilah namaMu,” ucap jerit hati Betty sambil kedua telapak tangannya menutup wajahnya.
Kemudian dirinya bangkit, meskipun sedikit agak tergunjang. Lalu mencoba meraih sebuah catatan-catatan diarynya. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kisah perjalanan masa lalunya. Dan perlahan-lahan..Satu-persatu, lembaran diarynya itu ia buka.
Adapun dari sekian lembaran catatan-catatan itu. Ada satu lembaran catatan yang membuat hati Betty tiba-tiba terasa sesak, hingga membuat air matanya menetes terurai. Dan kemudian…
“Maafkan aku Mike…Aku selama ini telah berbohong kepadamu, soal siapa aku sebenarnya. Namun dari semua ini, sesungguhnya aku tetap mencintaimu, dan sangat menginginkan dirimu menjadi pedampingku selamanya. Oh, Tuhan Yesus…Ampunilah diriku, dan lepaskanlah aku dari cobaan ini,” kata Betty sambil memeluk guling.
Sementara dari balik jendela kamarnya. Terlihat deras gemericik suara hujan masih terdengar derainya, seakan menyembunyikan tetes demi tetes airmata yang telah teruraikan dalam isi hatinya. Sehingga jalan impian yang akan dilalui nantinya, sepertinya semakin terjal, pelik dan berliku.
Tetapi dari hal itu…Dalam hatinya yang terdalam, dengan keyakinan penuh rasa optimis, Betty akhirnya mengambil sebuah keputusan untuk tetap mengalir dalam alur takdir, atas apa yang telah ditetapkan dariNya.  Dan itupun akan ia jalani, apapun yang akan terjadi nantinya.
Sementara dengan keputusan hatinya yang demikian itu. Dibawah keremangan temaran keteduhan lampu dalam kamarnya, Betty akhirnya merapatkan kedua matanya, lalu menangkup lelap pasrah dalam dekapan sang malam yang bertaburkan semusim derai gemericik air hujan, hingga jelangnya pagi.
***
.Doc.Arsip Bagian Dari Novel 'Pualam Cinta' Hal 78.

Kamis, 26 Juli 2018

Sekepil Antologi Cerita Realistik Yang Termaktup Dalam Buku Novel ‘Pualam Cinta’ Karya MT Mudjaki

Impian Dalam Kerinduan Dan Penyesalan
T
epat pukul 15.00 WIB, aku mendapatkan kabar dari sahabatku Agus yang menyatakan, bahwa dirinya, posisi sudah sampai di tempat rumahku. Dengan adanya kabar itu, aku langsung meluncur pulang, dan setengah jam kemudian, aku pun sampai ke rumah.
“Gimana Gus kabarnya…Sudah lama nunggunya...,” sapaku dalam tanya.
“Baik bang…Ndak begitu lama kok bang..Yach, kira-kira sepuluh menitlah aku menunggunya..,” jawabnya.
“Hmmm…Ayo, silahkan masuk..,” ucapku.          
“Ya bang..,” jawabnya.
Kemudian sahabatku Agus masuk dan duduk ke dalam ruang tamu. Lalu kami pun mulai berbincang-bincang.
“Gini bang Jack…Kedatanganku kemari ingin kasih kabar, dan sekaligus menanyakan soal naskah-naskah karya jenengan. Pada dasarnya sudah terplotkan masuk semuanya ke mesin cetak. Hanya saja ada salahsatu bagian dari lembaran naskah karya itu, sepertinya ada yang terpenggal, dan endingnya akan menjadi sebuah pertanyaan. Apalagi dari kisah ceritanya, sepertinya juga terkait dengan salahsatu judul ‘Ruas Lingkar Cahaya Matahari Dan Rembulan’ dalam buku antologi puisi Kesederhanaan’ karya bang Jack..,” jelasnya, sambil mengeluarkan stopmap yang berisikan lembaran naskah-naskah karyaku dari tas ranselnya.
“Adapun dari salahsatu lembaran naskah karyaku itu, yang mana Gus?,” tanyaku.
Kemudian Agus pun langsung menunjukan salahsatu lembaran naskah karyaku yang berjudul ‘Impian Dalam Kerinduan Dan Penyesalan’ tersebut kepadaku. Dan selanjutnya aku membacanya, apa yang tertulis urai pada salahsatu lembaran naskah karya itu. Adapun isinya mengisahkan cerita;….
Minggu, (12/08/12) malam....
Diatas tumpukan sebuah buku ‘Kesederhanaan’ antologi puisi karyamu yang begitu banyak menyimpan catatan-catatan dan kenangan-kenangan, baik itu dalam suka maupun duka. Semuanya masih tersimpan rapi, bersih, dan senantiasa tetap terjaga.
Sementara, manakala aku memandang cover photomu di sudut bingkai bukumu itu. Tiba-tiba hatiku bergetar begitu kuat, dengan setumpuk guncangan-guncangan perasaan ingin mengatakan sesuatu. Dan sesuatu itu sepertinya, sebuah dorongan kerinduan yang telah lama dari sekian tahun, yang tak pernah tersentuh akan hiasan-hiasan, atas goresan-goresan canda tawa purnamamu.
Kemudian...Perlahan-lahan tanganku mulai menyentuh cover photomu, lalu kubelai usap, mulai dari tatap matamu hingga senyum bibirmu.
Dan selanjutnya…Sambil menarik nafas dalam-dalam, aku berkata lirih sendiri:
"Ky....Maafkan aku....Sesungguhnya akulah yang salah...Sebab kala itu, aku tidak mau mengerti atas perasaanmu, terlalu keras, dan tak mau bersabar. Yang mana…Sejak dirimu ingin menelusuri dan mau memutuskan perkara-perkara sebuah hasutan fitnah yang terus-menerus menghujam jelajah ruang cinta kita. Dan…Pada waktu itu, aku menghalangimu, dan tak setuju atas keinginanmu itu. Sehingga pada titik klimaknya, aku dan dirimu malah bertengkar…Yang akhirnya diantara kita harus berpisah. Namun dari hal itu...Dan kini….Tanpa menafikan yang telah terjadi, aku benar-benar menyesal, sedih dan tak tahu harus mau berbuat apa. Padahal yang kurasakan pada saat ini, hati dan jiwaku benar-benar tersiksa dan teramat sangat merindukanmu. Serta ingin sekali segera bertemu, lalu memelukmu, dan sekaligus meminta maaf kepadamu.”

Beberapa menit kemudian…
“Ky...Apakah kau disana, juga merasakan kerinduan seperti yang kurasakan pada saat ini. Dan apakah dirimu, kelak suatu ketika aku ingin kembali bersama denganmu...Apakah engkau mau menerimaku...?”
Kemudian…Tanpa aku rasakan, tiba-tiba air mataku jatuh berlinang. Sehingga aku, tak mampu lagi untuk meneruskan kata-kata yang masih bergejolak ada didalam perasaanku. Dan akhirnya…”Yach, lebih baik kubawa saja buku kesederhanaan antologi karyamu itu kedalam kamar tidurku. Biar nantinya, kerinduanku untukmu yang tengah terjadi dan berkecamuk ada pada diriku dapat menyatu dalam taburan mimpi.”
***
“Jadi gini, Gus…Dari salahsatu lembaran naskah karyaku ini, sebenarnya dan merupakan lembaran naskah karya akhir dari kisah cerita semuanya. Dan jujur kuakui, lembaran naskah karya itu terinpirasi dan memang ada kaitannya dengan karya antologi puisiku yang berjudul ‘Ruas Lingkar Cahaya Matahari Dan Rembulan’ (11/08/08) yang terdapat dalam buku ‘Kesederhanaan’. Namun…Hanya saja, sosok yang ada pada lembaran naskah ini memang aku sengaja tidak kusebutkan identitas namanya. Karena pada saat itu aku berpikir, biarlah hal ini yang cukup tahu hanya antara aku, isteriku, dan yang pernah dekat denganku…,” ungkapku dalam senyum bunga matahari.

Dan selanjutnya...
“Disamping itu juga, biarlah hal ini menjadi tanda tanya bagi para pembaca. Serta bagaimana cara sudut pandang dalam pemikirannya,” kataku menambahi.
“Ooo..Gitu ya bang…Lantas dan berarti, lembaran naskah karya tersebut tetap dijadikan satu dengan lembaran naskah-naskah karya yang lain bang…,” ucapnya sambil manggut-manggut.
“Yach…Sebab bagaimanapun juga, apapun bentuk dan wujudnya sebuah karya itu, tetaplah karya. Yang perlu dihargai dan dihormati. Dan bahkan diapresiasikan secara nyata,” jawabku.
“Oke kalau gitu, berarti besok bisa aku plotkan jadi satu dengan lembaran naskah-naskah karya yang lainnya, dan siap dicetak. Tapi maaf bang Jack…Kalau aku boleh tanya, dari kisah cerita pada lembaran naskah karya tersebut, apa yang perlu digaris bawahi sebagai pijakan bagi para pembaca. Termasuk juga, kesimpulannya,” urai tanyanya.

Lalu aku pun menjelaskannya…
“Perlu kamu ketahui terlebih dulu…Pada dasarnya, dari balik kisah cerita sebuah perjalanan cinta dari lembaran naskah karya dengan judul itu, sesungguhnya tak pernah lepas dari suatu keinginan dan kerinduan pada lajur suatu persoalan maupun problematika yang telah dilalui bersama, hingga menjadi sebuah catatan ataupun kenangan tersendiri. Dan tentunya, semua diri manusia mempunyai impian, harapan dan cita-cita dapat tersampaikan dan terwujudkan menjadi kebahagiaan dan kedamaian. Tetapi, manakala dari balik kisah sebuah perjalanan cinta tersebut pada akhirnya tidak dapat tersampaikan dan terwujudkan atas apa yang diharapkan, diimpikan dan dicita-citakan. Maka hal ini, tentunya sangat terasa menyakitkan. Dan bahkan akan menimbulkan dampak penyesalan yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, tidak ada suatu hal yang dapat sebagai patokan atau ukuran dari balik kisah sebuah perjalanan cinta diri manusia itu dapat diperkirakan, lepas dari garis takdirnya.,” jelas uraianku.
Setelah dari penjelasanku itu. Tak lama kemudian, aku menutup lembaran naskah karyaku itu, dengan memberikan suatu kesimpulan hikmah. Adapun dari sebuah kesimpulan hikmah itu, ada dua hal yang dapat dipetik (Digarisbawahi, red) sebagai catatan dan juga pelajaran, yakni;
 (1). ‘Sesungguhnya akhir sebuah kebahagiaan dan kedamaian apapun bentuk dan wujudnya yang kita inginkan. Tidak selamanya diri kita sebagai manusia, ketika dihadapkan oleh kenyataan-kenyataan dalam suatu persoalan maupun problematika dikehidupan ini dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna. Maka dari itu, hanya dengan berpegang jalan “Pualam Cinta” yang bertalikan kasih sayangNya itulah, jawaban yang sesungguhnya.’
(2). ‘Setiap meranahi diri pada sebuah kenangan masa lalu yang telah teruraikan pada kenyataan-kenyataan sangat menyakitkan dan kepahitan dalam bahtera cinta. Tentunya dapat dijadikan sebagai bahan perenungan dan sekaligus sebagai kaca benggala. Sehingga perjalanan bahtera cinta selanjutnya, semakin matang, dewasa, dan tumbuh lebih percaya diri.’
“Dari yang telah bang Jack utarakan semuanya dengan secara gamblang, jelas dan utuh, mengenai salahsatu lembaran naskah karya yang aku tanyakan itu. Kini aku semakin tahu dan mengerti. Untuk itu, tak ada keraguan lagi bagiku, mencetakan semua naskah karya-karya bang Jack menjadi sebuah buku novel,” ucap Agus menyakinkanku.

Sementara itu, apa yang dikatakannya, aku hanya tersenyum mengamini. Dan selanjutnya…Tak beberapa lama kemudian, sahabatku Agus mohon pamit pulang.
.Doc.Arsip.

Senin, 23 Juli 2018

“Natural Expresiosnis Koi" Karya MT Mudjaki

Dalam menuangkan sebuah karya lukisan tidak perlu dibutuhkan hal yang bersifat muluk-muluk, rumit dan jlimet, namun bagi diri MT. Mudjaki hanya berpikir sederhana, yakni cukup atas adanya daya kemauan dan kemampuan yang dimilikinya, tentu akan menghasilkan sebuah karya yang nyata, bagus dan mengagumkan. Hal ini telah dibuktikannya dari beberapa lukisan karya-karyanya, seperti salahsatunya yang berjudul ‘Natural Expresionis Koi’.

Karya Natural Expresionis Koi tersebut, menurut diri MT Mudjaki merupakan sebuah gagasan atas apa yang dirinya lihat dan dirasakan dalam bentuk nilai penghayatan dan pendalaman alamiah dari dunia kehidupan. Meskipun hanya tergambarkan wujud suatu goresan dua sepasang ikan koi. Yang memiliki sebuah cermin dan energi cakupan akan rasa cinta kasih sayang.

Natural Expresionis Koi karya MT Mudjaki jika diamati, terkesan banyak memberikan tampilan goresan warna cerah, kuat, lekat dan liat. Hal ini menjadikan karyanya terasa artistic, hidup dan menarik bagi siapa saja yang melihatnya. Padahal diketahui, karyanya itu terapresiasikan hanya sebatas pada kertas dan warna cat air.

Sementara guna mempercantik dan memperkuat pengaruh keindahan dan nilai jualnya karya tersebut, MT Mudjaki memberikan pigura kayu jati Belanda ukir classic. Dengan ornamen perpaduan dominasi warna emas, dan transparansi sedikit kehitam-hitaman. Plus double pigura tengah bertabur pasir warna hitam pekat. Maka lukisannya terkesan klop, mewah, menakjubkan dan wow…Luar biasa.

(Doc. Catatan&Arsip@e-mail)

Minggu, 15 April 2018

Secuil Catatan Dari Sahabat: “Menguak Misteri Lukisan ‘Pijak Kaki Kupu-Kupu’ Karya MT Mudjaki”

Menapak jejak dari sekian beberapa lukisan karya MT Mudjaki atau yang dikenal dengan panggilan bang Jacky, hampir rata-rata tervisualkan wujud berupa lukisan kaligrafi, pemandangan alam, foto wajah manusia dan binatang. Tetapi, ada salahsatu karya lukisannya yang membuat diri saya tertarik, kagum dan penasaran. Hal ini dikarenakan lukisannya tersebut begitu unik, centil dan murni fitur ‘Art pornografis’. Disamping itu diketahui, merupakan sebuah lukisan hasil daya inspirasi dari penjabaran sketsa yang terendap dan dikubur hampir sepuluh tahun lamanya, kedalam bentuk salahsatu aktualisasi yang selaras dan sejiwa ada pada buku antologi puisi ‘KESEDERHANAAN’ karyanya, yang berjudul ‘Pijak Kaki Kupu-Kupu’. Hingga pada tanggal 29 Agustus 2017, baru diwujudkannya.

Sementara itu karya lukisannya tersebut jika diamati dalam sapuan goresan warna dan komposisinya, sekilas memiliki nilai kesan suatu apresiasi begitu sederhana, artistic, hidup, cantik dan naturalis. Namun apabila dikaji dan dihayati lebih mendalam, sarat memiliki nilai-nilai sentuhan nurani, kekuatan gejolak energy, serta banyak menyimpan kandungan ruh penuh misteri, fenomenal dan realita.

Adapun untuk mengetahui lebih jauh, serta dapat menguak misteri; apa arti-makna yang ada pada lukisan ‘Pijak Kaki Kupu-Kupu’ karyanya, alangkah baiknya kita harus mengetahui, membaca dan meresapi isi maupun kandungan yang terdapat dalam karya puisinya terlebih dahulu.
Dan karya puisinya adalah sebagai berikut:
Pijak Kaki Kupu-Kupu

Pijak kaki kupu-kupu menapaki senja hari
Dari balik kamar, pada keremangan sebuah lampu teplok
Bias cahayanya menelanjangi keredupan, bola mata berkaca-kaca
Tebalkan sebuah mimpi dalam bayangan hitam legam
Menghisap resapan madu bunga kehidupan
Tetes demi tetes, bening demi bening, lapis demi lapis
Membuai keresahan, desah nafas benang-benang sari

Pijak kaki kupu-kupu membuka langit, meraupi bintang-bintang
Yang telah usai menikmati pengharapan jiwa raga terlumati
Pada lukisan penuh warna-warni, tergores kerutan wajah-wajah silam
Membingkai bercak-bercak noda, menghangati asmara ternilai harga
Sampai tak mengenal lagi, siapa sang penoreh yang mengurai kemolekkan
Mulus tubuhnya, membentang pada sayap-sayap cakrawala

Pijak kaki kupu-kupu tanggalkan tanda sembunyi didedaunan
Membiru bisu, menghitam diam, memerah pasrah
Redup sayup, dalam penantian tersapu kesaksian; angin, air, dan tanah
***
(ST, 19/10/07-Semarang)

Dari hal tersebut diatas, maka pada akhirnya kita akan tahu dan mengerti arti-makna dibalik misteri yang terdapat;  ada pada lukisan karya realitanya. Bahkan bathin dan jiwa diri kita akan diajak kedalam ranah sebuah imaginasi alur kehidupan yang tersimpulkan pada masa menuju pintu senja, bayangan masa lalu, penyesalan, air mata, taubat dan kepasrahan atas akhir hidup, yakni: ‘Sosok Seorang Perempuan Jalang’.

.Catatan Dalam Sebuah Pertanyaan Yang Tak Terjawab.
Sementara itu, ketika diri saya beberapa kali menanyakan soal siapa sosok perempuan jalang yang tertuang ada dalam karyanya, baik itu berupa bentuk puisi maupun lukisan tersebut. Diri MT Mudjaki selalu hanya tersenyum dan berkata:

“Tak perlu engkau tahu, siapa dirinya. Dan biarlah fitrah imaginasiku yang telah tertuang menjadi karya-karya tersebut, cukup aku dan tuhan yang mengetahuinya saja”.

Atas jawabannya yang selalu dan selalu itu, akhirnya aku menutup catatan, menyerah pasrah, dan menghormatinya. Apalagi dirinya adalah sahabatku yang paling dekat dan terbaik.

 (Doc. Catatan&Arsip@e-mail)

Selasa, 02 Januari 2018

Menguak Ranah Papan Percaturan Pilkada Jateng 2018

Oleh: MT. Mudjaki

Percaturan politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah (Pilkada Jateng) sangat menarik, luas dan memiliki akses yang tinggi. Apalagi kita ketahui daerah Jateng merupakan daerah yang memiliki karakteristik ‘Alir air tenang dan damai, namun bikin kejut gerakannya’.

Dilihat dari analisis politik lebih dalam soal hal tersebut, titiknya terletak bagaimana performen dari calon kandidat; figur yang akan diusung plus power team king maker pengusung (parpol).

Apalagi kita ketahui, jejak  incumbent Ganjar Pranowo, manakala diusung dan pada akhirnya jadi, juga tidak lepas dari hal tersebut. Demikian pula pada pilkada sebelumnya, seperti Bibit Waluyo.

Dari hal tersebut, manakala ada power gerakan pengusung calon kandidat baru, seperti Sudirman Said, maka konstelasi paragdima papan percaturan politik pilkada Jateng akan menjadi sebuah pertarungan yang sangat menarik dan berimbang. Tetapi dapat juga sebagai pendobrak rating pilihan yang diunggulkan, bahkan juga sebagai penentu.

Oleh karena itu, ditilik dari peraturan KPU 09/2016 soal tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, menyebutkan bahwa parpol yang ingin mengusung calon sendiri adalah harus memiliki jumlah perolehan kursi di DPRD di daerah pilkada sebanyak 20 persen.

Sementara itu diketahui, jumlah total kursi DPRD Jateng berjumlah sebanyak 100 kursi, sehingga parpol harus memiliki minimal 20 kursi agar bisa mengusung calon sendiri di pilgub. Adapun jumlah kursi di DPRD Jateng yaitu;
-          Fraksi PDIP: 31 (PDIP: 27 dan Nadem: 4)
-          Fraksi PKB: 13
-          Fraksi Gerindra: 11
-          Fraksi PKS: 10
-          Fraksi Golkar: 10
-          Fraksi Demokrat: 9
-          Fraksi PAN: 8
-          Dan Fraksi PPP: 8

Secara matematika perhitungannya, ketika Sudirman Said diusulkan sebagai calon gubernur oleh power gerakan team king maker, seperti Gerindra, PKS dan PAN, maka akan terhitung jumlah kursi 29. Dan ini sudah merupakan sebagi modal awal utamanya. Apalagi diketahui, dari ketiga power gerakan team king maker saat ini tengah terus melakukan dan membangun lobi-lobi dan strata politik untuk semakin mendapatkan dukungan; simpati maupun empati yang lebih. Dan, dari hal tersebut semakin terlihat; tumbuh dan berkembang kekuatannya. Sebab bagaimanapun, kandidat Sudirman Said merupakan figure yang punya trek record yang bagus, baik dan punya nilai jual prospek politik kuat dan tinggi. Meskipun incumbent Ganjar Pranowo pun juga masih punya dan memilki kekuatan sebagai figure yang kuat, tangguh dan telah berpengalaman (Jejak Gubernur satu periode).
Adapun untuk konstelasi papan percaturan politik pilkada Jateng, saya mensinyalir dan memprediksikan (sample analisis) tidak ubahnya seperti Pilkgub DKI (skala makro) dan Pilbup Semarang (Mikro). Dan peluangnya, tentunya dapat diketahui; siapa pada akhirnya sebagai pemenangnya.



.Doc: MTM/pede21/Media Online Network Jateng (Sekepil Arsip Artikelku, 21/12/2017).