Kamis, 28 November 2013

.Ruang Artikel: Marhaenisme, Bentuk Perjuangan Lahirnya Dasar Pondasi Kebangsaan



Dasar pertimbangan mencapai cita-cita membangun nilai wujud kebangsaan, tentunya dilakukan dengan bentuk sebuah perjuangan yang dapat melihat, mengerti dan memahami, apa dan bagaimana dasar pondasi perjuangan itu sendiri. Dalam sebuah kajian amalan ilmiah, ada dua metode / cara dalam mencapai cita-cita tersebut, yakni: ‘Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi’.

Adapun dua hal itu, dijabarkan dalam bentuk, untuk Sosio Nasionalisme adalah harus berperikemanusiaan dan berkebangsaan bulat. Sedangkan sosio demokrasi adalah berkedaulatan rakyat dan berperikeadilan.

Dari dua metode / cara yang dijabarkan diatas, maka akan terwujudkan sebuah dasar pondasi kebangsaan, menuju masyarakat adil dan makmur. Hal itu merupakan cita-cita perjuangan ‘Marhenisme’ (04 Juli 1927), dan dijadikan sebagai idiologi alat perjuangan dan pergerakannya. Sehingga idiologi itu kita kenal lahirnya ‘Pancasila’ (01 Juni 1945).

Perumusan Pancasila merupakan manifestasiatas sebuah pemikiran Soekarno beserta kawan-kawan, bertujuan untuk / sebagai pegangan pemersatu berdirinya negara yang meliputi budaya, adat istiadat, suku, agama dan wilayah tetorial. Adapun dalam susunannya terangkum Lima dasar, antara lain:
-          Ketuhanan yang Maha Esa
-          Kemanusiaan yang adil dan beradab
-          Persatuan Indonesia
-          Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaaan dalam permusyawaratan / perwakilan
-          Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

Dalam susunan atas lima dasar tersebut, berawal atas pemikiran mencakup tiga dasar yang dikenal dengan ‘Trisila’, terdiri dari:
-          Berperikemanusiaan dan Berkebangsaan bulat (Sosio Nasionalisme)
-          Berkedaulatan rakyat dan Berkeadilan (Sosio Demokrasi)
-          Berketuhanan (Sosio Religieusitme)

Hal inilah, Soekarno Dan Kawan-Kawan merumuskan Pancasila tidak hanya sekedar sebagai dasar dan pegangan untuk pemersatu berdirinya negara saja, namun juga sebagai alat perjuangan melawan penjajahan kolonialisme dan kapitalisme. Dan pada titik kekuatan dalam perjuangan tersebut, didalamnya ditambahkan ‘Gotong Royong’. Dalam artian, bahwa perjuangan harus dilakukan secara bersama-sama atau senasib sepenanggungan.

Dari penjelasan diatas, menjadikan ukuran Marhaenisme merupakan tempat / wadah perjuangan rakyat yang terdiri atas satu dasar Pancasila. Dan Pancasila merupakan azas sebuah dasar tonggaknya bagi keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

.Salam Merdeka Dalam Realisme Untuk Reintrospeksi ‘INDONESIAKU’.


.Narasumber Oleh: R. Dahono Wijayandaru 
.Redaksi: MT. Mudjaki/PeDe@21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar