Kamis, 12 November 2015

Penyebab Utama Kenaikan Harga Beras Disebabkan Adanya Banyak Penyusutan Lahan Produtif Pertanian



Adanya kenaikan harga beras yang terus menerus naik, pada dasarnya disebabkan adanya laju penyusutan lahan produktif pertanian. Hal ini diakibatkan lahan tersebut menjadi alih fungsi lahan, baik itu  untuk perindustrian, properti atau rumah makan. Padahal diketahui dari data statistik, tiap per tahun di Jawa Tengah saja hampir rata-rata mencapai 350-400 hektar yang telah menyusut. Dari data disebut, menjadi ancaman serius bagi produksi beras nasional yang kisaran 60 persennya disumbang dari lahan pertanian dari Jawa.


Berdasarkan peraturan perundang-undangan Permentan No.81/OT.140/2013 yakni mencakup pertimbangan pedoman teknis cara alih fungsi lahan bagi pertanian pangan berkelanjutan. Dan juga pada perundang-undangan No.7 / Th.1996 yang diselaraskan dalam peryataan FAO/WHO/1992 dan telah ter / dirumuskan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada intinya berbunyi kurang lebihnya sebagai berikut; ”Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap-tiap aspek kehidupan bangsa dan negara (asta gatra), yang mengandung kemampuan dan ketangguhan dari suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara”.

Jelasnya, bahwa alih fungsi lahan pertanian produktif maupun nonproduktif pada dasarnya guna/bagi keselarasan dan kesejahteraan kehidupan rakyat, bangsa dan negara. Untuk itu, jika sampai terjadi pelanggaran dan ketimpangan, tentunya harus ditindak dengan tegas tanpa tebang pilih.

Dan praktik alih fungsi lahan produktif ataupun nonproduktif, jelas tak terlepas dari peran dan tanggungjawab pemerintah, baik pusat maupun daerah. Apalagi banyak sejumlah daerah beralasan alih fungsi lahan diperlukan untuk mendukung perindustrian. Hal itu semestinya harus perlu pengkajian, pertimbangan mendalam. Namun dan kecuali dalam pengembangannya untuk industri itu bisa menggunakan lahan nonproduktif bukan lahan produktif, dengan cara catatan didukung infrastruktur yang bagus, seperti jalan raya, jalan tol dan sarana umum lainnya. sehingga lahan nonproduktif tersebut dapat digunakan ada nilai manfaat yang lebih luas, khususnya bagi masyarakat.

.Perlu Dasar, Konsep Dan Langkah-langkah Realitis.
Sementara itu guna mengupayakan dan mengoptimalkan terwujudnya ketahanan pangan nasional yang kuat, perlu dasar, konsep dan langkah-langkah realistis, yang tentunya juga berwawasan ketahanan nasional. Apalagi ruh dari program ketahanan pangan adalah ketersediaan dan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pangan secara adil dan merata. Dan bukankah ketersediaan mengandung nilai semangat produktifitas, sedangkan aksesibilitas mencakup bagaimana pemenuhan hak asasi serta keterjangkauan termasuk daya beli seluruh rakyat akan pangan. Sedangkan untuk produktifitasnya mengandung nilai kemandirian dan keberdayaan.
Perlu dipahami, kemandirian dalam ketahanan pangan bukanlah kemandirian dalam keterisolasian, ketergantungan dan lepas dari tatanan/aturan. Namun kemandirian itu, konteksnya (global) menuntut adanya kondisi saling ketergantungan (interdependency) secara sinergi/selaras antara lokal-global, traditional-modern, desa-kota, rakyat-pemerintah, pertumbuhan-pemerataan, serta antar lembaga sesuai fungsinya. Jadi dengan demikian kemandirian itu adalah paham pro-aktif dan bukan reaktif atau defensif.
Oleh karena itu, kemandirian ketahanan pangan dapat diwujudkan manakala paradigma pembangunan yang dikembangkan mampu memadukan dan mensinergikan antara tuntutan kebutuhan pangan dengan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat mengetahui fungsi dan peran pengelolaan produktivitas pangan yang berwawasan ketahanan nasional pada semua tingkatan pemerintahan dan lembaga masyarakat menjadi sangat penting. Serta dalam kemampuan produktivitas pangan ketika dihadapkan pada permasalahan penyempitan lahan akibat produktivitas non pertanian dapat melakukan pemberdayaan, pengelolaan dan pengembangan secara cermat, tepat, optimal dan bertanggungjawab.
.Doc: MTM/GD/PD@21/Media Network Jateng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar