Selasa, 09 Oktober 2012

Menggenal Gaya Lukis ‘Realisme’ Sosok Seniman Slamet Santoso


Salatiga - Siang merambat menuju Sore dengan cuaca begitu cerah. Ketika saya dengan didampingi Subagyo seniman patung figuratife surealisme dan namanya pernah terangkat di berbagai media, Jumat (05/10/2012) pukul 14.00 WIB, mengajak untuk dapat menyempatkan diri bertandang dirumah salah satu temannya seorang seniman lukis, Slamet Santoso (67). Dimana nama Sosok Slamet Santoso  cukup dikenal dan cukup sukses di kota Salatiga. Apalagi diketahui, banyak karya-karyanya sering dipamerkan dikota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang. Bahkan di tahun 2000 pernah dipamerkan dimancanegara, tepatnya di kota Roma, Italia.
Dirumahnya yang terkesan sederhana dijalan Merbabu No. 36, Salatiga. kedatangan saya disambut penuh keakraban dan keteduhan. Hingga menambah suasana nilai kesan tersendiri. Dalam pertemuan, saya menanyakan bagaimana awal suka duka dirinya berkecimpung pada dunia lukis.
Kemudian Slamet menjelaskan; pada dasarnya yang saya sukai dalam dunia seni lukis adalah keindahan dan kedamaian dalam penuangan menjadi sebuah karya nyata. Sementara kalau dukanya, jika dalam menuangkan suatu keindahan dan kedamaian menjadi sebuah karya nyata tidak ada nilai hasil wujudnya atau alias muspro (Jawa. Red). Disamping itu, dalam melukis juga harus dituntut untuk tahu karakteristik yang akan dituangkan dan harus mengakar pada nilai seninya. Sebab hal tersebut menunjukkan eksistensi dan indentisitas diri seorang seniman punya rasa cinta terhadap suatu proses berkreasi dan berkarya dalam mengangkat sebuah tema, gagasan/ide, goresan dan corak. Baik itu melukis tentang alam, manusia maupun binatang.
“Jadi seorang seniman  harus tahu karakteristik yang akan dituangkan. Baik tema, gagasan, goresan dan corak. Untuk soal suka duka ya, dinikmati saja dengan indah dan damai,” katanya sambil tersenyum.



.Photo: JKY@21.

Adapun disinggung soal perkembangan dunia lukis dalam menyikapi arus teknologi modern, baginya tidak mempersoalkan. Malah menjadikan picu semangat terus berkarya. Apalagi seni lukis sesungguhnya telah memiliki ruang nilai hasil dan wujud tersendiri, bahkan nilai jualnya. Bukan pada satu atau dua hari saja, tetapi entah berapa tahun nantinya.
“Lukisan itu tidak akan lekang oleh jaman. Selama senimannya tetap eksis berkarya, ya tidak menjadi soal. Dan perlu diketahui, bahwa seorang seniman lukis menghasilkan lukisan dimana semakin umurnya tua dan punya nilai seni tinggi tentunya sangat mahal harganya. Jadi itulah uniknya dunia seni lukis,” jelas dia sambil tertawa mempersilahkan saya untuk menikmati secangkir teh hangat.

.MTM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar