Rabu, 31 Oktober 2012

Ranah Hidup Me (ranahi) Diri Dalam Ruang Kehidupan; ‘Apa, Kenapa Dan Bagaimana’



 Oleh: MT. Mudjaki
Pada umumnya diri manusia terus mencari dan mencari diluar dirinya. Meskipun yang ada pada dirinya sudah / telah diberi / memiliki; akal pikiran, ilmu pengetahuan, rumah mewah, jabatan / kedudukan, mobil mewah, kemampuan, keahlian, keyakinan dan....bla..bla..bla.….sampai beragama-bertuhan. Namun kenyataannya manusia masih saja tidak ada puasnya. Bahkan semakin jauh untuk terus menapak hingga dalam konteks realitas suatu pemahaman tertentu, tak bisa memahami ‘Apa, Kenapa dan Bagaimana’ eksistensi dan kapasitasnya. Dan malah justru berada ditengah persimpangan dengan membalut mata jiwa keras, angkuh, sombong dan serakah. Hal ini menunjukan identitas dan karakteristik diri manusia sudah hilang akan jati dirinya sebagai makhluk sempurna. Apalagi kita tahu; Di zaman yang serba mengedepankan ranah hidup bertaburan sifat materalistik, kapitalistik, hedonistik, liberalistik dan egoistik. Membuat tata ruang peradaban dan kebudayaan nilai - nilai ‘kaluhuran leluhur’ yang ada pada bangsa kita, seperti dalam bersosialisasi, kebersamaan, toleransi dan saling mengasihi. Kenyataannya sudah tak mampu lagi membuncah untuk mengembalikan nilai - nilai tersebut. Dan bahkan mulai luntur dan pudar.
Dalam Ranah hidup, Me (ranahi) diri dalam ruang kehidupan ‘Apa, Kenapa dan Bagaiamana’. Pada dasarnya sebuah tema yang mau saya sampaikan, merupakan sekepil bentuk apresiasi sebuah perpaduan dari terjemahan beberapa karya-karya tulisan ‘Mutiaraku’ dalam; “Sang Jurnalis Merah Putih : Olah Kata Dalam Ucapan, Tulisan Dan Pemikiran”. Hal tersebut, guna sebagai cermin kaca benggala, bahan motifasi, inspirasi, perenungan. Serta energi jalan untuk membuka mata jiwa dan mata hati kita ( kesadaran ) dalam memahami proses kehidupan ini dengan mengisi sesuatu; mana yang dianggap bermakna, baik, penting / perlu dilakukan dan diselesaikan. Serta apakah nantinya dapat berdaya guna manfaat ataukah tidak sama sekali. Bukan hanya sebatas pada lingkup diri sendiri, teman, keluarga. Tetapi juga bagi orang lain / masyarakat luas.
Kita tahu dan sadar akan suatu pertayaan – pertanyaan dalam benak diri; Bukankah setiap manusia selama masih hidup dan mau berproses dalam kehidupan ini, pastilah akan dihadapkan dan mengalami hal - hal seperti; kesusahan, persoalan - persoalan, keterkanan, penindasan dan segala ujian - ujian yang menjadikan hambatan / beban bagi hidup. Dan bukankah setiap manusia tidak ingin terbelenggu akan hal - hal seperti itu ? Dan bukankah setiap manusia menginginkan dalam hidupnya teduh, tenang, bahagia dan damai ? Dan bukankah hidup tidak hanya sebatas kehidupan dunia ini saja ? Dan…dan…dan…bukankah.……………………………………………………...................Hioooo...!
Oleh karena itu, saya ingin mencoba menggambil beberapa karya - karya tulisan mutiaraku, antara lain;

1. “Hidup adalah beban kesanggupan yang harus dijalani. Untuk itu, penuhilah hidup ini dengan kesadaran dan kesabaran.”

2. “Berjalanlah sesuai kodrat yang telah diberikanNYA, kepadamu. Sebab disitulah lumbung hakekat nikmat dan rahmat yang sesungguhnya.”

3. “Jika seseorang mempunyai keinginan, harapan dan impian karena didorong oleh suatu prasangka - prasangka buruk dan tidak memiliki keyakinan kuat. Maka yang didapat hanyalah kehampaan dan kekecewaan.”

4. “Orang yang tabah adalah: orang yang selalu dan siap merasakan sakitnya cambuk kehidupan.”

5. “Orang yang shaleh adalah: orang yang senantiasa selalu mengagungkan DIA, Bukan mengagung - agungkan dirinya.”

6. “Kita lahir tak memiliki nama, tapi kita mati meninggalkan nama. Sesungguhnya baik buruknya nama kita terletak pada amalan yang mengiringinya.”

7. “Jika hidup kita memegang hakekat dunia untuk kebahagia'an akherat telah / dapat terwujud. Maka, pada dasarnya bukan semata - mata diukur dari nilai sebuah keinginan saja. Tetapi juga diukur atas dorongan dari nilai sebuah keyakinan (iman) itu sendiri.”

8. “Hidup adalah sesuatu kebutuhan dan sesuatu kebutuhan haruslah diperjuangkan. Agar hidup dalam mencari sesuatu kebutuhan dikehidupan ini menjadi hidup. ‘Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane lan Mumpung pijer srengengene, mumpung pener pasuryane’ .”

9. “Penerapan keindahan dan kedamaian wujud hidup bertoleransi dalam kehidupan telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta, tergambar ada pada pelanggi. Sebab disitulah cermin hakekat Sesungguhnya.”

10. “Ketika pencarian proses hidup yang berpeluh tak resah dalam suatu kehidupan, itu ‘lebih baik’. Sebab hal itu penentu hakekatnya pemahaman nilai wujud kehidupan yang sebenarnya.”

11. “Jadikanlah suatu kenyata’an hal; terjepit, tersulit bahkan tersakiti dalam hidup kita, sebuah makanan yang lezat penuh nikmat. Yakinlah, Allah Sang Maha terAmpuh tidak akan menutup diriNYA untuk memberikan jalan kemudahan dan mengangkat tinggi derajat kita kelak ( di Akherat ).”

12. “Janganlah memandang keburukan itu buruk, siapa tahu dibalik keburukan ada kebaikan dan janganlah memandang / mengagung - agungkan kebaikan itu baik, siapa tahu dibalik kebaikan itu ada keburukan, bahkan kebusukan.”

13. “Bagiku, untuk berjiwa besar memberikan pengertian, pemahaman dan kesadaran suatu penyelesaian persoalan hidup adalah: Jangan ter / dipaksa oleh kehendak, namun dengan tetap berlaku prinsip; ‘Mengalah bukan berarti kalah, mengalah bukan berarti salah’ .”

Jadi sangatlah jelas, uraian yang telah tertulis diatas dengan dukungan beberapa karya - karya tulisan mutiarakoe. Meskipun hanya sebatas implisit prefektif aktualisasi dan apresiasi diri. Namun hal tersebut, semoga dapat memberikan suatu inspirasi, padangan atau pemikiran - pemikiran yang lebih luas. Serta, tentunya menjadikan sebuah catatan dan kesimpulan tersendiri, yang bermanfaat makna bagi realita hidup kita masing - masing.

Salam damai dalam reintrospeksi. Dan semoga keberkahan senantiasa tercurahkan untuk kalian semua, amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar