Rabu, 31 Oktober 2012

Fenomena Ledakan Mesiu Sang Penyair . Sekepil Catatan ‘AKU’ Karya Chairil Anwar .

Ketika seorang penyair menuangkan sebuah karya dalam hal  ini  puisi. Pada dasarnya digunakan sebagai media / wadah menumpahkan ledakan uneg-uneg, amarah, asmara, kritik sosial dll yang berujung pada harapan, cita-cita dan keinginan. Kita memang tidak dapat secara riil mengukur seberapa besar kandungan isi dan arti / mesiu dalam proses  peledakan tersebut, bahkan secara naluripun apakah kita dapat tahu; ledakan itu tidak akan terjadi, karena api yang membakar sumbu tiba-tiba meninggalkan gegap yang tak terjadi.
      Karya yang fenomenal secara jelas tidak bisa kita rangkumkan dalam satu kata pencirian. Karena, bisa jadi ia dihujam oleh berbagai latar yang melatar belakangi, atau karya tersebut adalah proses kontemplasi yang lama setelah membaca keadaan. Bahkan, dapat juga karakteristik yang melahirkan karakter sebuah karya yang secara insidental tercipta hanya beberapa menit.
Marilah kita mengingat puisi ‘Aku’nya karya Chairil Anwar. Lalu perhatikan, bahwa karya tersebut adalah murni lahir menunjukan siapa si pengarang. Apalagi hal itu, hampir dilakukan oleh setiap pengarang saat melakukan proses penulisan. Kemudian, kenapa sampai sekarang puisi tersebut masih terus meregenerasi bagi pembaca untuk kembali dan kembali takjub oleh karenanya?
Pertayaannya; Apakah puisi tersebut sudah masuk ke ranah fenomenal? Lalu, bagaimana dengan penyair di abad sekarang ini? Dapatkah melahirkan sebuah karya yang fenomenal seperti penyair – penyair sebelumnya?
Sebagai catatan: mampukah diri kita yang mengaku / sebagai penyair dapat melahirkan ledakan mesiu sebuah karya yang fenomenal?
. Doc: MT.M – 21/MLI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar