Jumat, 06 Mei 2016

Gua Macan Watu Kelir, Tempat Penghuni Macan Titisan Begawan Wibisana

Pledokan - Tempat-tempat obyek wisata, baik bersifat local maupun nasional, entah itu sudah menjadi bagian dari aset pariwisata ataupun belum dikenal sama sekali, kebanyakan terkait dengan hal-hal yang bersifat cerita legenda maupun mistis. Oleh karena itu, saya ingin mengangkat salahsatu obyek sumber daya alam (SDA) yang masih alami, perawan dan asli. Dan dari hal tersebut dapat dijadikan referensi tersendiri kedalam bagian aset pariwisata, minimal denitasi pariwisata daerah setempat. Adapun obyek SDA itu adalah Gua Macam Watu Kelir yang ada di Dusun Ngaglik, Desa Pledokan, Kec.Sumowono-Kabupaten Semarang.

Untuk mendapatkan informasi adanya keberadaan gua macan Watu Kelir, saya langsung melakukan penelusuran ketempat tersebut.

Dan penelusuran itu, saya dipandu langsung oleh Kepala Desa Pledokan, Turja’un, Sekdes, Arifin, Babinsa, Serka Jaenuddin, Kaur Desa, Linmas serta  tiga masyarakat setempat, Minggu (01/05/2016).
Sementara untuk daya tempuh penelusurannya ketempat gua memakan waktu -+3 jam, dan itupun dilalui dengan jalan kaki, menelusuri sungai, dan tebing-tebing berbukit dengan suasana sekeliling lingkupnya masih rapat penuh semak belukar, bambu-bambu, pohon kopi dan pohon-pohon hutan. Setelah sampai ketempat tersebut, saya beserta Team Desa yang dikoordinir langsung oleh Kades setempat melakukan pengamatan, pemotretan, dan sekaligus pendataan. Hal ini guna dijadikan bahan aset administrasi bagian wisata desa, kedalam bagian pengajuan ke istitusi lembaga dinas pariwisata kabupaten.

Jelang sekitar pukul 14.30 WIB saya beserta team desa turun dan meninggalkan tempat tersebut.
Selanjutnya, ke esok harinya, Senin (02/05) saya kembali melanjutkan untuk bertemu tokoh masyarakat yang dapat menceritakan asal-usul keberadaan gua macan Watu kelir. Dan atas arahan dan petunjuk Kades pada akhirnya saya dipertemukan dengan tokoh mayarakat tersebut, yakni Bapak Kardi (65), warga Dusun Ngaglik, Desa Pledokan.

Dalam pertemuan itu, kemudian saya mulai membicarakan tentang asal-usul keberadaan gua macan Watu kelir.

Menurut pak Kardi menuturkan, pada dasarnya gua macan itu merupakan bagian sejarah yang ada kaitannya dengan alur garis legenda candi Gedong Songgo. Sebab hal itu ditilik dari letak geografik keberadaannya maupun tektur dari alamnya, yakni dinding bebatuannya sama persis dengan yang ada di Gedong Songo. Disamping itu juga nama daerah lembah atau pegunungan terkait nama dari cerita pewayangan atau dinasti kaluhuran leluhur. Seperti Gumuk Sapu angin (terkait Prabu Baladewa), Sukorini (Begawan Wibisana), Watu Keprak (Semar), Selo Janoko (Prabu Arjuna) dan Gumuk Muntuk Tali (Prabu Kresna).

“Jadi menurut leluhur kami menceritakan, gua macan Watu Kelir itu ada kaitannya dengan legenda candi Gedong Songo. Karena alur ceritanya ada pada jejak-jejak yoninya di candi tersebut. Serta dinding tektur batunya sama persis. Apalagi gua tersebut merupakan dulunya sebagai tempat peristirahatan macan atau harimau, titisan Begawan Wibisana. Makanya masyarakat sisi tidak heran dan banyak yang mengatakan, kalau yang pernah melihat macan atau harimau ditempat tersebut merupakan tempat petilasan macan titisannya Begawan Wibisana,” terangnya.

Dilhat dari bentuk dan tektur keberadaannya, gua macan Watu kelir tersebut sangat unik. Dimana mulut dan kedalaman guanya berbentuk segitiga meruncing, seperti pintu piramida, dengan lebar -+10-12 Meter, tinggi -+7M. Sedangkan kedalamannya -+6-8M.

Disamping itu, ketinggian tengahnya dapat langsung tebus dan menerobos cahaya langit maupun matahari. Serta didepan guanya terdapat aliran sungai yang bersih dan jenih. Adapun disampingnya terdapat dinding tebing batu, yang sebutannya dengan nama Watu Kelir.

Sementara saat saya menanyakan terkait hal-hal kegitan ritual ditempat itu, Pak Kardi mengatakan, biasanya untuk kegiatan ritual itu dilakukan oleh orang luar daerah sini, yakni dari Yogya, Karanganyar, dan Solo. Dan ritual tersebut, mereka melakukan sesajian, bertapa atau semedi.

 “Ritual gua macan Watu Kelir itu kebanyakan yang melakukan dari luar daerah sini, yakni orang-orang dari Yogya, Karanganyar dan Solo. Dan mereka, katanya ingin mencari keslamatan, keberkahan, dan kemulyaan/pesugihan. Baik itu untuk keharmonisan kehidupan rumah tangga, kelancaran ekonomi, maupun pangkat dan jabatan,” tuturnya tersenyum.

.Doc: MTM/GD/Media Network Jateng.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar