Dilihat secara konteknya, puisi itu lahir begitu sederhana dan apa
adanya, namun jika diamati dan dikaji dengan kecermatan dalam pemaknaannya, tercermin sarat realistis, logis dan aktualistis. Apalagi sangat pas, jika karya tersebut untuk dijadikan sebuah
momentum bagi peringatan ‘Sumpah Pemuda’. Sebab kita tahu, semangat rasa patriotisme
dan nasionalisme dinegeri ini, (khususnya Para pemuda dan umumnya pemimpin-pemimpin kita) telah
mengalami krisis. Untuk itu, mari kita simak, hayati dan renungi bersama. (Catatan: EG' 13-JKT)
Orasi
Kedamaian
Karya:
MT. Mudjaki
Disini
kami berdiri sebagai anak bangsa
Yang
ingin merasakan, memilki dan mencintai:
Negeri
tercinta ini
Tanpa
harus merintih, menjerit, menangis:
Penuh
luka dan duka
Agar
engkau tau, bahwa kami dihidupi oleh ibu pertiwi
Disini
kami berdiri sebagai anak bangsa
‘tuk
mengingatkan:
...yang
berdiri ataupun yang duduk
...yang
bodoh ataupun yang pintar
...yang
miskin ataupun yang kaya
...yang
di gereja ataupun yang di masjid
...yang
di klenteng ataupun di pura
...yang
di lorong-lorong ataupun yang di gedung-gedung
Bahwa:
Kedamaian
itu indah
Kerukunan
itu nikmat
Kebersamaan
itu rahmat
Dan...Toleransi
itu karunia
Disini
kami berdiri sebagai anak bangsa
Menyadari
bahwa:
Kebencian
itu jahat
Kebusukan
itu kianat
Perpecahan
itu laknat
Dan...segala
bentuk pengingkaran nurani itu kufur
Disini
kami berdiri sebagai anak bangsa
Berikrar
atas nama Tuhan Yang Maha Esa
Serta
cinta akan negeri dan bangsa ini:
Genggamlah
tangan!...
Rapatkan
barisan!...
Satukan
tekat!...
Hentikan
pertikaian!...
Ciptakan
perdamaian!...
Agar
kita semua dapat tertawa,bernyanyi dan menari
Bebas
lepas, meraih cita-cita
Kelud
Selatan, 20/01/01, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar