Jumat, 24 Oktober 2014

Program Pengkarantinaan Burung Hantu Sangat Diperlukan Dan Terus Dikembangkan



Demak – “Perlindungan dalam pengembangan keseimbangan ekosistem alam sangat diperlukan, dan terus dikembangkan. Sebab hal itu pencapaian bagi kelangsungan hidup bagi kehidupan itu sendiri”, demikian penuturan salah satu Pemilik dan Ketua Program pengkarantinaan burung hantu ‘KARANTINA TYTO ALBA’ LPKS  Sejahtera Bersama yang dirintis oleh Pujo Arto, S.Sos, Kamis, (23/10/2014) saat mengadakan Diklat di BLK Ngatak, Telogo Weru-Kab. Demak.
  

Dimana dalam pendiklatan itu pesertanya ada sekitar 30 orang dari perwakilan daerah Pati, Kudus dan Jepara.

Selanjutnya menurut Pujo menjelaskan pada peserta diklat, bahwa program ini dilakukan untuk menanggulangi hama tikus yang ada dipersawahan atau perkebunan petani. Disamping itu juga dapat memberikan nilai tambah pengenalan, pengetahuan dan pendidikan tentang karakteristik dan manfaat burung hantu bagi petani.

“Program karantina ini dimaksudkan untuk mengembangbiakkan burung hantu sebagai predator hama tikus. Dan membantu para petani dalam penanggulangan hama tikus,” kata Pujo.

Dan ia pun juga menerangkan bagaimana cara membuat rumah burung hantu atau dikenal dengan rubaha, bagaimana perawatan dan penempatan penanggulangan untuk memberantas hama tikus. serta juga menjelaskan bagaimana awal dia merintis dan mengembangkan program pengkarantinaan itu.

.Sekilas Program Karantina Tyto Alba.
Karantina Tyto alba ini adalah Program untuk penagkaran burung hantu yang dimanfaatkan guna penaggulangan pemberantasan hama tikus.

Keberadaan karantina tyto alba ada di desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur-Pemkab. Demak.

Adapun karantina ini dirintis sudah berjalan 3 Tahun, tepatnya sekitar bulan April 2011. Dan itupun dilakukan dengan modalnya sekitar seratus juta, yang berasal dari swadaya masyarakat desa. Dan mendapat dukungan dari kepala desa, dan khususnya Pemerintah Kabupaten setempat.

Pelaksanaan jalannya program itu bekerja sama dari Dinas Kehutanan dan Pertanian, hingga juga Studi banding dengan mendatangkan Team oserfasi dari Semarang yang dipelopori Ibu Elizabet Philips.

Dan dari semua itu ternyata dapat dia capai dan terwujud hasilnya. Dimana dirinya sering diminta masyarakat petani, baik didaerahnya maupun diluar daerah untuk dapat memberikan ruang mengadakan pendiklatan atau penyuluhan dalam pengkarantinaan burung hantu. Disamping itu juga sering diundang oleh Dinas kehutanan dan pertanian sebagai narasumber dalam acara yang terkait hal tersebut.

.PD/Advenjur21/JKY+Irvan CBN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar