Selasa, 20 Mei 2014

Kepala Pusat Informasi BPOM, Reri Indriyani: “Kebanyakan Obat Dipalsukan Adalah Obat Menunjang Gaya Hidup”



JAKARTA - Kepala Pusat Informasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Reri Indriyani mengatakan obat yang sering dipalsukan adalah obat yang digunakan untuk menunjang gaya hidup, bukan menyembuhkan penyakit.

"Jadi obat yang dipalsukan kebanyakan adalah obat untuk menunjang gaya hidup. Maka contohnya kan seperti obat kuat atau pelangsing," kata Reri seusai acara pengumuman pemenang iklan layanan masyarakat tentang bahaya obat dan kosmetik palsu di Jakarta, Selasa (20/05/2014).

Menurut Reri lebih lanjut, orang yang mengonsumsi dan menggunakan obat atau kosmetik ilegal tidak berpikir secara rasional. Hal itu dikarenakan terlanjur percaya pada bujuk rayu iklan. Oleh karena itu, pihaknya menggencarkan edukasi dengan kampanye budaya waspada.

Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya obat-obatan dan kosmetik palsu karena sangat sulit dibedakan dengan produk aslinya.

"Karena hanya uji laboratorium saja yang bisa membuktikan keaslian produk. Ini membahayakan, belum lagi untuk kosmetik, bisa menyebabkan kanker," katanya.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 2012, dari 518 produk obat kuat yang beredar di pasaran sebagian besarnya adalah palsu.

Sebanyak 33 persen obat kuat yang dijual secara online adalah produk palsu. Sebanyak 100 persen obat yang dijual di gerobak pinggir jalan juga palsu, sekitar 56 persen lainnya yang dijual di toko obat juga palsu, sedangkan sekitar 13 persen lainnya juga merupakan obat palsu yang dijual di apotek.

.Lind@Ant/Rep/J.21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar