Minggu, 27 Oktober 2013

Rehat Sejenak, Bersama Pethilan Antologi Karya MT. Mudjaki: “Orasi Kedamaian : Orasi Momentum Sumpah Pemuda Abad 21”

Dilihat secara konteknya, puisi itu lahir begitu sederhana dan apa adanya, namun jika diamati dan dikaji dengan kecermatan dalam pemaknaannya, tercermin sarat realistis, logis dan aktualistis. Apalagi sangat pas, jika karya tersebut untuk dijadikan sebuah momentum bagi peringatan ‘Sumpah Pemuda’. Sebab kita tahu, semangat rasa patriotisme dan nasionalisme dinegeri ini, (khususnya Para pemuda dan umumnya pemimpin-pemimpin kita) telah mengalami krisis. Untuk itu, mari kita simak, hayati dan renungi bersama. (Catatan: EG' 13-JKT)

Orasi Kedamaian
Karya: MT. Mudjaki

Disini kami berdiri sebagai anak bangsa
Yang ingin merasakan, memilki dan mencintai:
Negeri tercinta ini
Tanpa harus merintih, menjerit, menangis:
Penuh luka dan duka
Agar engkau tau, bahwa kami dihidupi oleh ibu pertiwi

Disini kami berdiri sebagai anak bangsa
‘tuk mengingatkan:
...yang berdiri ataupun yang duduk
...yang bodoh ataupun yang pintar
...yang miskin ataupun yang kaya
...yang di gereja ataupun yang di masjid
...yang di klenteng ataupun di pura
...yang di lorong-lorong ataupun yang di gedung-gedung
Bahwa:
Kedamaian itu indah
Kerukunan itu nikmat
Kebersamaan itu rahmat
Dan...Toleransi itu karunia

Disini kami berdiri sebagai anak bangsa
Menyadari bahwa:
Kebencian itu jahat
Kebusukan itu kianat
Perpecahan itu laknat
Dan...segala bentuk pengingkaran nurani itu kufur

Disini kami berdiri sebagai anak bangsa
Berikrar atas nama Tuhan Yang Maha Esa
Serta cinta akan negeri dan bangsa ini:
Genggamlah tangan!...
Rapatkan barisan!...
Satukan tekat!...
Hentikan pertikaian!...
Ciptakan perdamaian!...
Agar kita semua dapat tertawa,bernyanyi dan menari
Bebas lepas, meraih cita-cita

Kelud Selatan, 20/01/01, Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar